Mohon tunggu...
Ray Suwana Suvana
Ray Suwana Suvana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

i love my self so much...so i can love you so much...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pendidikan yang Salah!

4 Oktober 2010   09:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:44 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya membandingkan.

sistem rangking disekolah mungkin sudah ada sejak negeri ini merdeka. Tetapi, pernahkah kita bertanya bagaimana bangsa ini kondisinya sekarang?? bagaimana keadaan saya sekarang??

iya, krisis percaya diri. itu;ah yang terjadi. kita seakan-akan hidup dari hanya mengejar angka saja. kita sudah tidak peduli dengan kualitas. kita hanya bisa memberikan nilai angka saja. korupsi kita beri angka. kualitas kita beri angka. semuanya kita beri angka. untuk apa jika sampai sekarang kita masih seperti ini. terlena dengan jumlah angka saja. lupa bertanya apakah saya benar-benar mempunyai nilai yang tidak bisa dihitung dengan hanya nilai angka saja.

Saya, adalah bagian dari sistem ini. sistem yang terus membawa saya kepada sebuah kepalsuan dan keseia-siaan. mengapa?

saya dan mngkin orang disekitar saya dan masyarakat yang "besar" dengan sistem rangking ini hanya bisa membanding-bandingkan. entah kita membandingkan diri dengan siapa..atau membandingkan orang lain dengan siapa. tidak pernah berhenti. kita hanya terjebak dalam bending dan membandingkan. kita lupa dengan potensi diri kita dan keunkan diri kita. saya memang tidak sama dengan anda dan tentu juga anda tidak sama dengan orang lain. saya adalah saya. anda adalah anda. untuk apa kita melakukan perbandingan terus. kita lupa dengan diri kita sendiri. saat saya membandingkan diri saya dengan orang lain saya tidak sepenuhnya menjadi diri saya sendiri. saya tergantung dari apa kata orang. saya pun akhirnya berbuat sesuatu secara terpaksa karena saya hanya ingin dianggap baik dan dianggap ini dan itu. pendidikan yang membesarkan orang tua yang ada sekarang yang menjadi orang tua saya dan mungkin juga menjadi orang tua anda. tentu juga saya dan anda dibesarkan dengan sistem ini. tidak dirumah, bukan juga anya disekolah tetapi dimana-mana kita mendengar perbandingan itu. ooh..si A lebih begini dari pada si B..dan seterusnya. kita lupa kita siapa. kita lupa menerima kondisi kita sendiri, apalagi menerima orang lain. menerima diri kita sendiri apa adanya. pendidikan yang sekarang ada pun mengedepankan kompetisi. lupa dengan potensi diri setiap orang itu unik. saya unik. anda unik..begitulah kita adanya. diciptakan oleh tuhan.

jadilah dirimu. dan hidupilah dirimu. itu pesan Guru penuntunku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun