“Awake! Arise! Stop not till the goal is reached” – Swami Vivekananda
“Bangun! Bangkitlah! Jangan berhenti sampai tujuan kita tercapai”
Mengapa harus bangun? Apakah kita tertidur selama ini? Coba bertanyalah pada diri kita masing- masing. Apakah saya sadar selama ini? Apa tolak ukur kita terjaga alias sadar? Bangun dari tidur dan melakukan rutinitas seperti biasa? Atau ada pengertian sadar yang lain? Saya berusaha untuk mengerti pertanyaan- pertanyaan yang muncul dalam diri saya selama ini. Sampailah saya pada kondisi yang membuat saya mulai bisa menarik benang merah dari apa yang ingin disampaikan oleh tokoh besar dunia Swami Vivekananda kepada kita. Kondisi saat itu masih sangat relevan sampai saat ini . Kita seperti mengulangi hal yang sama, terus dan berulang-ulang tanpa kita sadari bahwa kita sedang melakukan hal yang sama.
Konflik dan kerusuhan yang terjadi dibeberapa daerah selama ini membuat saya berfikir bahwa kita sedang tertidur lelap dan terlena dalam mimpi. Kasus di Sampang Madura, Balinuraga di Lampung, kasus perusakan gereja, pura dan vihara, konflik agama dan suku. Konflik seperti ini seolah-olah adalah kasus kriminal, atau premanisme namun nyatanya ini bukanlah sekedar kerusuhan biasa. Kerusuhan yang terjadi di beberapa daerah ini seperti sebuah pola yang rapi yang sengaja disiapkan dan dipicu untuk “ngetes” kepekaan kita terhadap situasi. Ternyata apa yang terjadi adalah kita tertidur pulas dan terlena dalam mimpi bahwa semua ini tidak berhubungan satu sama lain. Namun, ini adalah sebuah scenario apik yang dibuat untuk mencoba sejauh mana kita tanggap terhadap situasi seperti ini. Parahnya adalah kita belum tergerak untuk bangun, bangkit dan bersuara untuk mengatakan tidak terhadap kesewenang-wenangan.
Bagaimana kondisi Bali?Dan apa hubungannya dengan situasi yang terjadi diluar Bali dan yang terjadi di Bali sendiri?
Bali dikondisikan seolah-olah adalah tempat yang aman semua bisa hidup rukun berdampingan perbedaan latar belakang tidak menjadi soal. Negara seoalah-olah berkonspirasi untuk bersama-sama meninabobokan Bali dari segala macam masalah yang terjadi diluar. Namun, sepertinya itu sudah berhasil. Bali pun terlena dengan wisatawan, perhelatan international dan bahkan perhelatan yang baru saja diadakan di Bali adalah interfaith forum yang jelas-jelas sangat meninabobokan bali dan bahkan dunia internasional terhadap bobroknya kehidupan interfaith di Indonesia. Sampai kapan kita di hipnotis? Jika kita sadar, bangkit dan bersuara maka dunia akan tergoncang. Inilah yang ditakutkan oleh para konspirator yang menginginkan perpecahan terjadi di Indonesia. Apa yang dibutuhkan sekarang ini adalah Bali bangkit dan mulai mengubah cara atau pola berpikirnya. Apa yang terjadi dipulau seberang akan mempengaruhi saya, anda dan kita yang berada di pulau ini.Jika kita sudah tidak peduli dan peka lagi dengan kondisi tersebut maka kita pun menjadi bagian dari kejatuhan kita sendiri alias kita jatuh bersama-sama. Kita mau menjadi jatuh atau bangkit? Itu tergantung kepekaan dan kemauan kita untuk melakukan perubahan dan transformasi total diri baik cara berpikir, sikap dan mental kita. Jika tidak? Bisa anda, saya, kita lihat apa yang akan terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H