Sebuah fakta mengerikan, ada ribuan penderita talasemia, pada saat ini banyak masyarakat yang masih tidak sadar jika terkena talasemia bahkan ada juga yang tidak tahu tenang talasemia, dan sebagian besar penderita adalah anak-anak. Mereka memang lebih rentan mengalami resiko tinggi kena talasemia dan penyandang talasemia tidak berumur panjang. Kalau di Malang biasanya usia penderita talasemia paling tua mencapai usa 36 tahun dengan pengobatan setiap hari.
Penderita talasemia harus menjalani rawat jalan dan melakukan transfusi darah, hal ini dilakukan berkala terus menerus, mereka akan mengalami komplikasi sebab zat besinya akan menumpuk. Setelah komplikasi jantung maaka akan berpengaruh kehati dan organ -organ yang lain serta bisa terkena penyakit seperti diabetes.
Sasonto mengatakan, penyakit ini menyerang sel darah merah, “produksi sel darah merah mengalami kelainan yakni ada produktivitas darah yang mengandung zat hemoglobin tak sempurna.” Gejala yang ditimbulkan dari talasemia seperti pucat pada wajah dan rata-rata kulitnya berwarna kekuning-kuningan. Dan biasanya mereka memiliki wajah yang khas yang hampir mirip. Misalnya lagi ada penonjolan tulang pada dahi, tulang pipi dan tulang rahang. Dan rata-rata penderita talasemia pada balita perutnya tampak membesar, sebab limpanya membesar akibat sel darah merah yang tak berbentuk dengan sempuran selain itu biasanya mengalami ulang keropos.
Perlu diketahui jenis talasemia terbagi menjadi tiga bagian:
- talasemia jenis mayor, merupakan jenis penderita resiko berat, sehingga setiap bulan harus transfusi darah dan wajahnya seringkali terlihat pucat.
- Talasemia jenis minor, merupakan penderita yang tidak memperlihatkan gejala talasemia secara jelas, tapi mereka secara pasti terdeteksi mengalami talasemia.
- Intermedia, yakni mereka yang memiliki gejala talasemia tidak terlalu tampak tetapi ada. Dan mereka rata-rata melakukan transfusi darah tetapi tidak seberat penderita mayor.
Susanto mengtakan penderita talasemia tidak diperbolehkan untuk menikah, dikarenakan untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit talasemia. Sebab, salah satu pasangan secara tidak sadar terkena talasemia mayor, kelak anaknya akan beresiko terkena talasemia mayor. Yang lebih parah, jika sepasang kekasih sama-sama positif talasemia mayor maka anakny akan mengalami nasib yang sama. Dan masalahnya masyarakat hingga saat ini tidak mengetahui hal tersebut disebabkan kurangnya sosialisasi dan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri. Dan kebanyakan talasemia terdeteksi saat mereka sakit dan diperiksa darahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H