Mohon tunggu...
Suudiatul Mabruroh
Suudiatul Mabruroh Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa IAIN Jember

Manjada wajadah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah adalah Memanusiakan manusia, Bukan Sekadar Ambisi Guru kepada Anak Didik

4 April 2020   11:06 Diperbarui: 4 April 2020   11:28 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam halnya pendidikan seseorang diharauskan untuk baik, bahkan ada yang labih ekstrim lagi menurut saya yang mana konsep belajarnya adalah  penekanan. Yang mana sangat mewajibkan anak harus bisa ini, dan itu. Padahal dalam konsepnya belajar adalah paham dan tau caranya menarapkanya, dan itu kita gak harus dengan tekanan yang mana seperti hafalan, dan sebaginya. Sekolah harus memanusiakan anak bukan hanya sekedar ambisi kita sebagi guru yang ditularkan kepada anak.

Ok belajar memng harus perlu paksaan yang mana dipaksa lalu pasti bisa, namun alangkah lebih baiknya lagi jika sekolah harusnya bisa menyenangkan anak, yang mana jika anak sudah memiliki tekan dirumahnya ketika sampai disekolah sebagi guru kita juga tidak ikut menekan bahkan membebani anak tersebut. Jikaseorang guru sudah mampu menyenangakan anak tersebut pembelajaran apapun akan lebih mudah. Karna dalam konsep daya ingat mereka akan lebih mampu untuk menangkap apa yang mereka sukai dari pada yang mereka tidak sukai. Seorang guru harus mampu membuat peserta didiknya suka dalam hal pembelajarannya yang akan disampaikan.

Dalam  hal ini ada istilah pendidikan adan pengajaran yang mana jika hanya ngajar itu sekedar transfer of knowleg, sedangkan jika pendidikan yang mana ada spek aspek yang lain artinya lebih luas . yang mana ika kita baca pada realitanya ada kementrian kita di indonesia adalah kementrian pendidikan bukan kementrian pengajaran.yang artinya seorang guru bukan hanya sebatas memberikan pelajaran perlu penyampaian sebuah pendidikan yang mana pendidikan ini pencakupannya lebih luas dari pada pembelajaran.

Ada beberapa kejanggalan yang sering terjadi didalam lingkup pendidikan. Misalnya ketika seoranga anak tidak bisa matematika namun anak tersebut ketika menggambar, gambrnya baik. Lalu apa yang dilakukan guru bahkan orang tua kita sekalipun? Kebanyakan mereka akan mendatangkan guru les matematikauntuk anak tersebut.

Kenpa demikan?  Karna mereka berfokus kepada ketidak mampuan yang dimiliki anak. Seharusnya ketika kita berada diposisi orang tua bahkan guru jika ada seorang anak seprti itu yang kita lakukan adalah mendatangkan guru les menggabar. Kenapa saya berkata seprti ini?. Andai jika kita mendatangkan guru les matematika bagi anak tersebut justru yang awalnya nilanya matematikanya anggap saja 40 akan naik minim 50, yang mana hal ini  kemampuan anak dalam hal menggampar tidak akan pernh naik sama sekali. Kesuksesaan bukan berarti anak itu harus bisa semuanya, namun bagi mana anak tersebut mampu mendalami satu kemmpuan yang memng sudah tertanam dalam dirinya.

Konsep sukses menurut saya buakn IPK/nilai yang tinggi tapi kemamupuan anak dalam hal kreatifitasnya, karna setiap anak adalah jenius. Yang mana mereka memiliki potensinya masing-masing. Jika dimisalkan dengan padi dan jagung. Bahwa padi lutri sebagai padi dan jagung juga lutri sebagi jagung, padi tidak bisa menjadi jagung bahkan sebaliknya. 

Intinya setiap anak unik dengan cara mereka masing-masing. Seorang guru harus mampu memahmi psikologi anak didiknya, bahakna orang tua sekalipun yang merupakan seorang pendidik bagi anak harus lebih mampu memahami psikologis anaknaya. Jangan sampai karena ambisi kita anak tersebut malah kehilangan kreatifitasnya, atau bahakan bisa jadi anak tersebut menjadi tidak percaya akan potensi yanga ada dalam dirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun