Cukup sudah RS Siloam, PSCC, Palembang Icon, Museum Tekstil, Sekolah Renang Internasional, Hotel Aryaduta, Palembang Square, Palembang Under Mall dan lainnya. Lahan milik rakyat Sumatera Selatan (Sumsel) yang diberikan kepada para pemilik modal untuk menjalankan kuasa bisnisnya, dan tidak berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan rakyat Sumsel. Walaupun berupa sistem sewa dengan kurun waktu tertentu (Build, Operation dan Transfer (BOT)), namun itu adalah tanah milik rakyat Sumsel, bukan milik oknum tertentu.
Mari kita kilas balik masa kepemimpinan Ir H Alex Noerdin di Sumatera Selatan (Sumsel). Sejak dilantik menjadi orang nomor satu di Sumsel tahun 2008 lalu, apa program kerja yang berhasil dilakukan bersama kroni-kroninya. Program 100 harinya mengenai pengadaan rumah murah, bagi PNS serta masyarakat berpenghasilan rendah...nol besar.
Kini beliau ingin kembali memimpin Sumsel untuk kali kedua di Pilgub 2013, setelah sempat lari dan kalah di Pilgub DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Cukup sudah dia meninggalkan rakyat Sumsel ke DKI Jakarta, namun ketika kalah hendak memimpin kembali rakyat yang sempat ditinggalkannya.
Dalam hitungan hari, masa kepemimpinan Alex Noerdin akan berakhir seiring dilaksanakannya Pilgub Sumsel 2013. Apa yang telah dibuatnya untuk Rakyat Sumsel selama lima tahun kepemimpinannya.
Rumah murah, tengok rumah murah untuk PNS yang berada di Jakabaring. Lihat dengan seksama, tak satu pun rumah-rumah itu ditempati rakyat. Pembangunan terkesan asal-asalan dan bila hujan dipenuhi air yang membanjiri perumahan yang terbengkalai tersebut.
Telisik lagi rumah murah, yang katanya diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (tukang becak/penarik ojek, dll). Berjalanlah ke kawasan Musi II, tepatnya diatas areal rawa itu. Nampak bangunan-bangunan yang katanya rumah murah, seakan menjadi rumah tua yang telah roboh mencium rawa.
Apakah program rumah murah itu berhasil dan mewujudkan impian rakyat Sumsel? Jawabannya tetap Nol besar, hingga masa akhir kepemimpinannnya program tersebut tidak berjalan dengan baik.
Bukan hanya program-program yang tidak berhasil. Sebagian lahan yang notabenenya milik rakyat Sumsel, dijual kepada kaum-kaum feodal yang tidak menyentuh langsung kesejahteraan rakyat Sumsel.
Masih ingat demo-demo rakyat yang berlangsung ketika RS Siloam dan Palembang Icon hendak didirikan. Gedung tersebut berdiri diatas lahan milik rakyat tanpa harus membeli. Belum lagi PSCC, Palembang Icon, Palembang Square, Palembang Under Mall. Bahkan Museum tekstil yang dulu menjadi kebangkaan Sumsel, kini hanya bertutupkan seng yang katanya hendak dibangun hotel.
Apakah semuanya meningkatkan kesejahteraan rakyat Sumsel? Jawabannya masih Nol besar....hanya oknum-oknum dan pemilik modal tertentu yang mendapatkan keuntungan dari pertukaran bisnis tersebut. Rakyat hanya melihat, menyaksikan tanpa bisa berbuat apapun. Rakyat tanpa berkata, dan tanpa sadar telah dibohongi dengan janji-janji semu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H