Seorang gadis yang masih duduk dibangku SMA, Eifel namanya. Gadis cantik, manis, dan pendiam ini sejak kecil menderita penyakit leukimia. Semasa di akhir hidupnya, Eifel diejek tiada habisnya oleh Dio. Dio adalah seorang laki-laki jagoan di sekolahnya. Dio tidak takut kepada siapa pun, termasuk guru-guru dan anak senior pun tidaklah takut sama sekali. Eifel mempunyai seorang sahabat yang sangat baik dan selalu mendampingi dirinya disaat dia berada dalam masalah. Eifel sangat beruntung mempunyai sahabat seperti Fem namanya.
Eifel : “Bisa nggak sih elo diam dan nggak jahilin gue terus?” (eifel setengah teriak)
Dewa : “Gile, cakep-cakep kok ngegigit, yah?” (celetuk Dewa di sebelah Dio, dan membuat Eifel kian mendidih)
Dio memang sudah keterlaluan. Tulisan “Awas cewek galak dan menggigit” yang menempel di punggung Eifel mencuri perhatian anak-anak lain untuk menertawakannya. Dan Eifel pun tersadar bahwa ada sehelai kertas di punggungnya yang ditempelkan oleh Dio.
Eifel : “Tolong ambilin dong Fem,” (Eifel meminta tolong Fem untuk mengambil kertas di punggungnya)
Dio : “Jangan, Fem. Biar aja buat pemanis.” (Dio kian usil, dan eifel semakin geram)
Eifel : “Dasar brengsek!” (satu tamparan Eifel mendarat di pipi Dio)
Dio : “Awas lo yah, cewek sombong!” (Dio kembali mengancam Eifel)
Fem : “Udah dong! Lo nggak malu ditonton anak-anak?” (Fem menarik tangan Dio)
Dio : “Emang kenapa? Lo nggak suka? Lo boleh ngadu ke guru sekalian!” (semprot Dio tidak terima dengan perlakuan Fem)
Fem : “Hey bukan gitu! Lo nggak pantes aja bersikap kaya gitu sama cewek!” (Fem mencoba menasihati)
Dio : “Oh iya, gue lupa kalau lo bukan cewek. Lo setengah cewek kan?” (ucapan Dio menohok perasaan Fem)
Tanpa ba bi bu Fem menghajar Tio dengan satu pukulan bogem mentah yang sejak dari tadi telah dipersiapkan oleh Fem.
Fem : “Lo ngomong apa heh? Lo fitnah seisi sekolah! Lo bilang gue yang enggak-enggak! Lo bilang gue pacaran sama Eifel? Padahal gue Cuma ngebela cewek yang jelas-jelas nggak berdaya!” (suaranya naik tiga oktaf)
**
Eifel : “Makasih, Fem. Lo selalu ngebela gue,” (eifel mendekati Fem)
Fem : “Eh, nggak apa-apa. Kali aja Dio memang benar naksir lo?” (goda Fem pada eifel, eifel hanya tersenyum kecil)
Fem : “Gue laper, nih. Kita ke kantin yuk! (ajak Fem pada Eifel)
Eifel menggeleng. Wajahnya yang biasanya manis terlihat kuyu dan pucat.
Fem : “Lo kenapa? Lo sakit?” (tanyanya khawatir)
Eifel : “Gue Cuma minta tolong dibeliin teh hangat, Fem. Kepala gue pusing banget” (Eifel akhirnya terus terang)
Tidak lama kemudian, Fem segera beranjak ke kantin. Membeli segelas teh hangat untuk Eifel yang sudah menunggu dikelas.
Dio : “Duh, pasti buat si putri tidur ya” (suara Dio mengusik Fem dari jarak seratus meter)
Fem tidak memperdulikan Dio. Eifel lebih membutuhkan pertolongannya.
Dio : ”Eits, lo pasti belum lupa kan kejadian yang kemarin? (tiba-tiba Dio menghadang Fem)
Fem : “Terus, mau lo apa?” (tantangnya agak gentar)
Dio : “Nggak, gue Cuma mau ngajak lo nonton nanti malam. Gimana?” (Dio masih berdiri tegak dihadapan Fem)
Fem malas menjawab. Apalagi mengiyakan ajakannya yang tidak biasa.
Fem : “Minggir!” (usirnya kapada Dio)
Dio : ”Suer Fem! Gue nggak boong. Tapi gue Cuma mau ngajak lo nonton topeng monyet di lapangan deket rumah lo itu. Lo pasti mau kan?” (ejekan Dio diiringi tawa cowok-cowok segengnya)
**
Nyatanya Eifel sudah tidak ada di kelas.
Pak Harun : “cari siapa Fem?” (suara Pak Harun guru biologi yang kebetulan tugas piket hari itu)
Fem : ”Eifel, pak. Apa bapak lihat dia?” (tanya Fem kepada Pak Harun)
Pak Harun : “Sepertinya sudah dijemput oleh ayahnya. Dia sakit katanya.” (Pak Harun memberi penjelasan kepada Fem)
**
Eifel : “Nggak tau kenapa, penyakit itu bisa dateng ke diri gue, Fem” (Eifel menceritakan penyakit yang dideritanya)
Eifel : “Beruntung dokter segera bisa mendiagnosa penyakit gue. Lewat kemoterapi dan memasukkan obat-obatan ke sum-sum tulang belakang. Akhirnya gue bisa sembuh. Lo tahu gak rasanya? Sakit luar biasa. Belum lagi rambut gue harus rontok dan botak. Hehe” (Eifel menebar tawa, membuat Fem miris)
**
Keesokan harinya disekolah.
Dio : ”Tumben sendirian, biasanya selalu lengket kaya perangko sama si putri tidur” (Dio mengusik lamunan Fem tentang Eifel di dalam kelas)
Dio : “Kesepian nih, yeee?” (Dio masih menggoda Fem)
Fem masih cuek dengan godaannya.
Dio : ”Gimana kalau gue yang nemenin?” (ujarnya serius. Membuat Fem memandangi Dio)
Fem : “Belum puas lo nyakitin temen gue? Nyakitin gue?” (semprotnya sengit)
Dio : “Gue baik salah, gue jail salah,” (ujarnya pasrah)
Fem : “Mending lo diem deh! Jangan banyak tingkah! (katanya kian sengit)
Dio : “Sorry, sorry” (ujarnya mengalah)
Fem : “Tapi, sekarang lo puas kan? Lo udah bikin sahabat gue sakit? Atau lo pengen dia lebih parah dari itu?” (kata Fem sesak)
Dio : “Maksud lo?” (Dio nggak tega melihat Fem)
Fem : “Asal lo tahu, Dio. Eifel itu sebenarnya sakit. Dia baru aja bebas dari leukimia. Tapi belum seratus persen,” (katanya akhirnya sesak)
Tidak terasa air mata Fem tumpah.
Dio : “Gue minta maaf, Fem,” (wajah Dio memelas)
Fem : “kayaknya percuma” (katanya datar)
Dio : “Tapi gue Cuma cemburu sama persahabatan lo. Nggak lebih! Semua karna gue suka sama lo Fem, suer!” (Dio mengatakan itu pelan, membuat hati Fem tersentak)
Fem sama sekali tidak menyangka. Yang Fem tahu, Dio lah yang menyebarkan fitnah kalau Fem dan Eifel berpacaran. Kalau Fem cewek tidak normal.
Dio : “Fem, lo mau kan maafin gue?” (Dio meraih tangan Fem)
Fem diam tidak ada yang bisa dilakukan. Fem tidak ada yang bisa disembunyikan. Kalau di dalam hatinya pernah menyimpan rasa yang sama pada Dio.
Dio : “Gimana kalau pulang sekolah nanti kiat jenguk Eifel?” (Dio mengajak Fem serius)
Belum sempat Fem menjawab petanyaan Dio, Sebuah pesan singkat mapir di Handphone-nya.
“Telah berpulang ke pangkuan ilahi, Eifelin Christina. Jum’at pukul 10.00 WIB"
Seluruh persendian Fem lemas. Bunga-bunga di hatinya seketika rontok. Yang terbayang hanyalah wajah sahabatnya yang terbaring kaku. Dan semuanya begitu cepat.
Sahabat adalah seseorang yang selalu ada ketika kita ingin berbagi cerita serta memberi perhatian ketika kita membutuhkan. Ketika bersama sahabat tidak ada rasa sedih, mereka akan selalu membuat kita tersenyum. Sahabat adalah mereka yang mengerti ketika kamu bersedih atau terluka, bahkan jika kamu menyembunyikan semua di balik sebuah senyuman. Sahabat slalu ada untukmu ketika kamu mempunyai masalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H