Ramadan tidak pernah mengecewakan
tentang dusta yang melebur dalam darah
berubah menjadi daging dan sel-sel yang menguatkan dahaga
Ramadan tidak pernah pulang
ada bekas yang tak sanggup disembunyikan
ketenangan dan kegembiraan berjalan seiringan
dalam jabat tangan ada kerelaan yang pernah terpendam
Ramadan datang berupa hujan dan angin
menggerakkan maaf dan menghidupkan sapa yang berat dibahasakan bibir
dengan hati yang melepaskan keangkuhan
Ramadan yang tersisa kini
menyatukan keakuan
dalam kue kering
melebur jadi doa.Â
Aku, Kau maaf lahir batin
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!