Menulis adalah wujud dari perlawanan, begitulah pesan kunci yang di sampaikan oleh Prof. Hariadi Kartodihardjo dalam acara bedah buku "Dosa dan Masa Depan Planet Kita" di Waroeng Kopi S'Kampoeng, Pontianak, Sabtu 22/1/2022.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Jikalahari tersebut cukup meriah dan serius. Sebab  dihadiri oleh beberapa perwakilan LSM seperti Ahmad Sofyan dZ dari pegiat literasi Kalbar, turut berpartisipasi pula beberapa pegiat lingkungan, peneliti, antropolog, jurnalis, dan advokad.
Acara diawali dengan penyamapain tentang gambaran besar isi buku oleh guru besar IPB tersebut. Meliputi soal dunia kampus, tata kelola, undang-undang cipta kerja, dan yang tak luput dari pembahasan sekaligus menjadi problem terbesar Indonesia adalah korupsi.
"Kita jangan melihat dari seberapa besar dan kecilnya korupsi, namun kita harus memandang bahwa perbuatan tersebut dilarang dan tidak boleh dilakukan oleh siapa pun. Seyogyanya hati kita terpanggil dan tidak boleh diam diri atau takut, meski perlawanan itu hanya berupa tulisan" tuturnya kepada para audien.
Kemudian dilanjutkan oleh masing-masing pembedah yaitu: Martin Gilang, direktur eksekutif Yayasan Titian Lesatari. Donatianud Praptantya Bsep, sebagai akademisi. Kemudian dilanjutkan oleh budayawan dan peneliti sejarah, Basuki Wibowo, serta Andi Fachizal dari jurnalis sebagai pembedah terakhir.
Konsentrasi audien kemudian mencair dan tertawa serentak setelah pemantik terakhir memberi kalimat pembukaan yang menggelitik.
"Saya izin berdiri, ya! Karena berdiri itu tugasnya laki-laki. Tanpa berdiri kami tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Tapi, ya, begitu, biasanya memang tidak lama" ujar Andi sambil tertawa. Â
Dalam buku tersebut, diungkapkan oleh Andi bawa ada total 632 halaman, dari 96 esai, yang disusun kurang lebih tiga tahun itu. Sebagian besar isi kumpulan artikel tersebut memaparkan sekaligus mengajarkan kita sebagai warga negara agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan, dengan berpikir kritis berpengetahuan luas serta beretika.
Kata etika menjadi penekanan dari beberapa pesan yang ada dalam buku bersampul planet bumi meleleh itu. Bahwa kita tidak boleh bertindak subjektif seperti halnya: mengatasnamakan cinta alam lalu memindahkan isi alam kedalam rumah seperti tanaman hias atau binantang liar.
Selanjutnya sesi tanya jawab. Acara harus dibagi menjadi dua sesi karena banyaknya penanya. Dari beberapa yang mengacungkan tangan, setidaknya ada 10 penanya yang diberi kesempatan oleh moderator karena untuk mengefisiensi waktu.