Mohon tunggu...
Sutriyadi
Sutriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Pengangguran

Sekali hidup hidup sekali

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Mendusta dengan Semiotik

10 Januari 2021   06:38 Diperbarui: 14 Januari 2021   04:14 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sixsemiotics.wordpress.com

"Semiotika adalah ilmu tentang dusta". Ungkapan ini dapat kita bolak-balik dengan kalimat yang berbeda. Misalnya: untuk mengetahui tentang dusta kita harus belajar semiotika.

Kata-kata singkat Umberto Eco di atas memancing kita untuk berpikir kritis. Sebab selama ini yang ada dalam kepala kita, semiotik diartikan sebagai ilmu tentang tanda.
***

Dusta

Lalu dimanakah letak dustanya? Ia menilai bahwa semua tanda itu dusta. Sebab, “tanda” ada sebagai wakil dari yang “asli”. Kemudian “tanda” itu dianggap atau disepakati sebagai yang asli atau nyata. Padahal kata Eco, keduanya berbeda namun kita tidak menyadari.

Saya beri contoh, lampu merah di jalan raya. Pada hakikatnya “lampu merah” tersebut adalah sebuah lampu yang warnanya merah, namun ia dihadirkan sebagai wakil dari sebuah aturan lalin (yaitu berhenti).

Nah, di sini kalau kita cermat antara “lampu merah” dan “berhenti” keduanya berbeda jauh bahkan tidak memiliki hubungan. Namun karena dikonvensikan, akhirnya diterima oleh masyarakat luas bahwa lampu merah adalah berhenti.

***

Tanda dan Hoaks

Selanjutnya, kata “dusta” akan saya ganti dengan saudara kembarnya yaitu “hoaks”. Jadi, untuk mengidentifikasi kalimat, pendapat, atau berita hoaks salah satunya dengan semiotika. Ya, alangkah baiknya dan dipandang perlu untuk belajar semiotik karena memiliki korelasi dengan kabar yang menyebar luas saat ini.

Agar lebih mudah dipahami, saya akan jelaskan rute mainnya sebagai berikut. Tanda adalah sesuatu yang mewakili dari aslinya (petanda). Jadi, petanda adalah makna yang sembunyi di balik tanda. Untuk memaknai sebuah tanda kita harus tahu ilmunya. Sehingga kita dapat memperoleh makna di balik tanda tersebut dengan benar sesuai keyakinan pembuat tanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun