Mohon tunggu...
Sutrisno
Sutrisno Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 21 Pontianak

Hobi menulis, meneliti, jalan-jalan, fishing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Berbasis Kebencanaan

7 Februari 2023   15:33 Diperbarui: 7 Februari 2023   18:03 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

             Indonesia adalah negara tropis yang rawan bencana, hampir setiap tahun bencana datang silih berganti mewarnai negeri yang kita cintai ini. Tak luput dari ingatan kita bencana maha dahsyat gempa yang diikuti dengan gelombang tsunami pada 26 desember 2004, ratusan ribu jiwa meninggal akibat bencana tersebut. Belum lagi bencana banjir bandang, tanah longsor, letusan gunung berapi, kebakaran hutan dan gelombang pasang hampir setiap tahun melanda negeri kita ini. 

Melansir National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Indonesia adalah salah satu negara yang berada pada jalur cincin api dunia (Ring Fire) di mana negara-negara yang berada pada jalur cincin api dunia tersebut sangat rentan terhadap bencana alam seperti: gempa, tsunami, letusan gunung berapi, maupun tanah longsor. Tidak hanya itu, Indonesia adalah negara tropis yang memiliki iklim ekstrim pengaruh angin musim setiap enam bulan sekali. Hujan deras, banjir bandang, badai, angin puting beliung, dan kekeringan sering melanda beberapa daerah di Indonesia.

Bertolak dari beberapa fenomena di atas, maka sudah saatnya negara kita merubah konsep pendidikan yang berbasis pada kebencanaan, agar anak cucu kita nanti ke depannya bisa selamat dari ancaman bencana alam, paling tidak mengurangi resiko yang ditimbulkan. Sejauh ini informasi dan pengetahuan tentang kebencanaan belum cukup. 

Pengetahuan tentang kebencanaan masih terintegrasi ke mata pelajaran tertentu seperti Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Itupun hanya sebagian kecil saja materi tersebut terintegrasi pada mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu perlu adanya perubahan kurikulum yang bisa mengakomodir pengetahuan dasar tentang kebencanaan. Ada dua point yang bisa dilakukan antara lain: 

(1) Menambah konten atau materi kebencanaan yang terintegrasi pada mata pelajaran tertentu di sekolah, misalnya mata pelajaran IPA dan IPS, hal ini bertujuan agar peserta didik benar-benar paham dan menguasai teknik-teknik dasar antisipasi terhadap bencana yang bisa datang kapan saja. Di samping itu pengetahuan mitigasi bencana, dan cara tanggap darurat terhadap bencana perlu diajarkan baik di tingkat pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. 

(2) Menambah mata pelajaran khusus tentang kebencanan, bisa diajarkan satu minggu 1 (satu) jam pelajaran hal ini akan lebih baik dan terfokus sehingga peserta didik memiliki bekal yang cukup tentang pengetahuan dasar kebencanaan.

Ilustrasi peserta didik menganalisis dampak bencana, Foto: dokumentasi pribadi
Ilustrasi peserta didik menganalisis dampak bencana, Foto: dokumentasi pribadi

Pengetahuan kebencanaan sejatinya sudah sering dibahas dan di sosialisasikan di berbagai lembaga pendidikan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang sudah bekerja sama dengan dunia pendidikan untuk mengenalkan dasar-dasar kebencanaan dan teknik-teknik tanggap darurat ketika terjadi bencana. Namun sejauh ini pengetahuan dasar tentang kebencanaan tersebut hanya bersifat spontanitas dan insidental. Akibatnya peserta didik menerima dan memahami pengetahuan dasar kebencanaan hanya sebatas informatif saja, setelah itu mereka lupa tentang pengetahuan bencana yang mereka dapat, karena sifatnya informatif tentu peserta didik juga ada keterbatasan, apalagi dalam sekian waktu sudah tidak lagi dibahas atau disampaikan, maka pengetahuan kebencanaan tersebut lambat laun akan hilang dari ingatan. Celakanya yang namanya bencana tidak pilih waktu, usia, tempat, situsasi dan kondisi. Jika bencana datang secara tiba-tiba terkadang karena kepanikan, semua pengetahuan dan cara menyelamatkan diri hilang dipikiran kita.

Pengetahuan tentang kebencanaan perlu disampaikan kepada peserta didik secara terus-menerus, baik kondisi normal maupun darurat, baik di jenjang dasar, menengah, maupun tinggi. Menanamkan pengetahuan kebencanaan sama artinya dengan mewariskan budaya, yaitu membentuk pola perilaku yang tanggap untuk mempertahankan diri dari segala situasi dan kondisi hambatan dari luar diri manusia. 

Pola-pola mempertahankan diri dari tantangan terhadap bencana alam inilah yang perlu ditanamkan kepada masyarakat Indonesia yang dimulai dari pendidikan tingkat dasar, menengah, dan tinggi. Penanaman pengetahuan dasar kebencanaan harus terus dilakukan agar terpatri dan terinternalisasi pada setiap individu. Dengan begitu, pada saat terjadi bencana masyarakat sudah punya bekal, bagimana dan apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana. Kita tidak akan mungkin bisa menghindari bencana alam, karena sudah digariskan bahwa negara kita adalah negara yang terletak pada zona rawan bencana alam. Tindakan bijaksana yang harus kita lakukan adalah bagaimana cara mempertahankan diri dan mengurangi resiko yang ditimbulkan akibat bencana alam, terutama sedapat mungkin meminimalisir jatuhnya korban jiwa yang lebih banyak.

Pengetahuan tentang kebencanaan harus disampaikan secara terus-menerus dan berkelanjutan, baik dari satu generasi ke generasi lainnya, hal ini perlu dilakukan karena bencana alam tidak akan pernah pergi dari lingkungan kita. Bencana alam terus-menerus akan hadir dalam kehidupan kita, baik saat ini maupun yang akan datang. 

Bencana alam ke depan kita tidak pernah tahu, apakah lebih kecil atau lebih dahsyat dari yang ada sekarang ini terjadi. Tanda-tanda kerusakan alam dan lingkungan ke depan semakin masif, hal ini sejalan dengan perkembangan peradaban jumlah manusia yang setiap waktu terus bertambah. Bertambahnya jumlah penduduk bumi akan berdampak serius pada kerusakan alam dan lingkungan. Fenomena efek rumah kaca, pencemaran udara, dan pembalakan hutan secara liar terus berlanjut yang sudah memicu perubahan iklim global. Oleh karena itu untuk investasi jangka panjang untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan yang bisa memicu bencana alam yang lebih hebat, perlu kita antisipasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun