malam itu tepatnya pada pertengahan bulan ramadan, seperti biasa setelah pulang tarawih kegiatanku hanya duduk santai di depan teras rumah, sambil menikmati secangkir kopi dan tidak ketinggalan pula hp yg tak mau jauh dari tangan untuk menghabiskan waktu santai dengan bermain pesbuk.
pesbuk satu-satunya hiburan bagiku di banding harus nonton televisi yang terkadang di suguhi dengan acara-acara yang kurang mendidik.
bila hari-hari libur terkadang mampu bermain pesbuk dan begadang sampai waktu subuh tiba. ya, pesbuk itu seperti virus karna tiap kali aku terlena di buatnya sampai tidak tahu waktu.
jam dinding sudah menunjukan jam 10 malam, tak terasa sudah 1jam lebih bermain pesbuk, sudah jenuh rasanya, dan mata pun tidak mau lagi diajak kompromi untuk membaca walau sebenarnya belum mengantuk.
kopi yang tinggal separuh dan dan tidak panas lagi itu ku teguk habis. tak selang berapa lama hp pun berdering tanda sms masuk.
gak mudik tah dek? begitu isi pesan singkat dari sms itu yang tak lain adalah abang iparku sendiri, lelaki sederhana yang kental dengan logat surabaya nya itu.
langsung saja ku reply sms itu, aku gak mudik mas, gak ada ongkos.
setelah membaca isi dari sms itu pikiranku pun tertuju pada suatu kampung keabadian, suatu kampung yang akan menentukan bahagia atau sengsaranya diri ini.
malam yang dingin dan agak sedikit mendung itu mengajak ku untuk bertafakkur
duhai, untuk mudik di kampung dunia saja msmbutuhkan bekal yang banyak, lalu bagaimana dengan mudik ke kampung akhirat? gumamku membatin.
udara malam yang makin menusuk tulang itu mengajak ku untuk pindah ke dalam kamar. di atas pembaringan sambil menatap langit-langit kamar kembali merenung meratapi nasib diri yang penuh dosa dan kesalahan.