Meski tak melihatmu, aku bisa tahu;
ada tangis di batinmu,
tangis seorang ibu yang kehausan rindu anak-anakmu.
Mungkin kau tak pernah tahu siapa aku
Mungkin pula kau tak pernah ingin tahu tentang siapa aku
tapi itu bukan soal bagiku.
Yang aku mau, engkau bisa tahu;
ada rasa hormat di hatiku untuk semua ibu,
termasuk padamu, Ibu Ratu Atut.
Sebab,
dari para ibulah dunia ini bisa hidup
dari para ibulah bisa lahir orang-orang hebat
dari para ibu pula negri ini bisa ada atau tiada.
Meski tak bisa melihatmu, aku tetap bisa tahu;
ada sedih di batinmu.
Aku ikut sedih membacamu;
di hari ibu ini, kau tak bisa menjadi ratu seperti hari-hari yang lalu.
Mungkin ini bukan yang engkau mau
mungkin begitu pula yang dirasa para anakmu.
tapi jejakmu di hari lalu telah mengharuskan kau harus begitu;
tersekat ruang oleh KPK.
Mungkin ini bukan yang engkau mau
tapi jejakmu di hari lalu telah meninggalkan rasa pilu pada para ibu di kotamu.
pilunya ibu yang tak kuasa memberi gizi pada para anaknya
pilunya ibu yang tak mampu bayar sekolah para anaknya
pilunya ibu yang tak bisa menumbuhkan tawa pada para anaknya.
Seandainya saja kau tahu pilunya para ibu di kotamu,
mungkin saja kau tak akan di situ; tersekat ruang oleh KPK.
Seandainya saja kau tahu rindunya para ibu padamu
mungkin kau akan tetap menjadi ratu pembagi adil bagi para ibu di kotamu.
Tapi waktu sudah berlalu
dan jejakmu sudah menjadi pilu bagi para ibu di kotamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H