[caption id="attachment_297976" align="aligncenter" width="640" caption="Pabrik Gula Mojo tempo dulu (tampak dari depan) - foto Brzesowsky"][/caption]
Setelah sering membaca artikel Kompasiana,aku jadi ingat masa laluku, yakni tentang hobi bermain badminton di gedung tua Belanda, tepatnya di kompleks Pabrik Gula (PG) Mojo Kabupaten Sragen. Di gedung berumur ratusan tahun itulah aku menemukan “obat kuat” yang sering menemaniku badminton sejak pagi hingga lepas siang. Obat kuat apa itu? He he.. Tenang saja..Nanti aku kasih tahu.
Yang jelas, lokasi tempatku biasa berolahraga ini terkesan cukup angker, yakni berada di sebuah gudangtua berumur ratusan tahun. Gudang itu berada di dalam kompleks Pabrik Gula Mojo Sragen yang didirikan pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1883 silam. Temboknya sangat tebal, lebih dari 50 centimeter. Walau tua, bangunannya tetap kokoh dengan kerangka besi di bagian atapnya.
Pada awal pendiriannya pabrik gula ini dalam pengelolaan NV Cultuur Maatscappy Lawoe Onderneming. Walau Indonesia telah merdeka tahun 1945, status kepemilikan pabrik yang berdampingan dengan jalur kereta api Solo-Surabaya tersebut baru beralih menjadi milik negara Indonesia pada tahun 1961 (berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor.161/1961).Sekarang, status pengelolaan mesin-mesin tua pengolah gula itu berada di tangan PT. Perkebunan Nusantara IX.Nah, di kompleks pabrik tua seluas 280.350 meter persegi itulah terdapat satu gedung tua yang dijadikanlapangan badminton. Dan di lapangan itulah aku biasa bermain badminton sejak masih bersekolah SD.
Semasa SD, aku termasuk kuat bermain badminton. Tiap hari Minggu, kadang bermain badminton sejak pagi sekitar jam 06.00 sampai menjelang sore. Seolah tak kenal lelah, aku dan temanku bergantian main badminton dengan berganti-ganti lawan. Meski sempat terhenti lama karena kesibukan kuliah, kebiasaanku badminton itu tetap bertahan sampai aku dewasa. Bedanya, daya tahanku dalam badminton ternyata sudah tak setangguh dulu lagi. Satu set pemainan (dua game) saja sudah terasa loyo. Karuan saja aku sering diledek lawan-lawanku.
Ketika aku sering diledek lawan-lawanku karena gampang loyo itulah, aku menemukan “obat kuat” yang dapat menolongku menjadi lebih bugar. Obat kuat itu dibawa temanku dari kantin sebelah lapangan badminton. Warnanya kuning berada dalam satu gelas besar dengan campuran es batu. “Ni minum saja biar kuat mainnya,” kata teman pasanganku bermain.
Obat Kuat
[caption id="attachment_297977" align="alignleft" width="640" caption="Foto dokumen Joko Prayitno"]
Awalnya aku tak mengerti apa yang aku minum itu. Maklum, tiap badminton biasanya aku cuma minum es teh saja. Namun, setelah menikmati air es berwarna kuning tersebut, rasanya sangat beda. Ada rasa segar yang mengalir dalam tubuh. Pokoknya lain sekali rasanya jika hanya minum es teh. Dan dampaknya dapat membuat aku lebih tahan bermain badminton.
Apakah minuman itu bermerk "Java Bier" seperti yang tampak dalam gambar di atas? Bukan itu yang aku minum. Gambar "Java Bier" di atas adalah iklan minuman pergaulan yang pernah beredar pada masa Belanda dulu. Iklan minuman itu ditemukan oleh Petrik Matanasi dalam majalah Trompet edisi tahun 1939 dan 1940. Dalam iklan majalah tertulis: "Badannja seperti Tarzan."
Mengenai air es berwana kuning yang aku minum tiap badminton, ketika aku tanyakan pada temanku, minuman tersebut ternyata adalah “Kratingdaeng”. Maka sejak itulah aku selalu minum“Kratingdaeng” tiap kali bermain badminton.Ada rasa percaya diri yang tumbuh kuat dalam diriku setiap kali meminumnya.
Sayangnya, dalam enam bulan terakhir ini, rutinitas badminton yang biasa digelar tiap Sabtu malam tersebutkini sering terhenti. Teman-teman yang biasa menjadi lawan dan kawan bermain seringtak datangke lapangan badminton . Ada yang beralasan sedang sibuk urusan kerja atau keluarga, ada juga yang mengaku malas. Karuan saja, aku sendiri juga jadi enggan datang ke gedung badminton warisan Belanda tersebut.
Karena itu, resolusiku untuk tahun 2014 nanti adalah harus dapat menggiatkan lagi rutinitasku bermain badminton di Pabrik Gula Mojo. Aku rindu obat kuatku , Kratingdaeng, juga ledekan teman-teman lawanku bermain badminton. Kenapa memilih resolusi itu? Kerena ada motto “Mens sana in corpore sano” yang tertulis dalam tembok tua Belanda tempatku biasa badminton tersebut. Motto kuno berbahasa Latin itulah yang menjadi "obat kuat" jiwaku untuk menggalakkan lagi olahraga badminton. Resolusi ini mungkin terkesan biasa saja, tapi kalau bisa diwujudkan dengan baik akan bisa menghasilkan hal yang luar biasa. Sebab, dalam jiwa seseorang yang sehat, akan terbangun tubuh yang sehat juga. Sebaliknya, dalam tubuh yang sehat akan terdapat jiwa yang sehat pula.” Jika jiwa dan ragaku sehat, maka akan mampu membuat produktivitas diri tetap terjaga. Tanpa ada kesehatan jiwa dan raga, rasanya tak akan mungkin mampu membuat karya yang luar biasa. Bukan begitu? (twitter: @SutBudiharto)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H