Mohon tunggu...
Sutrisno Budiharto
Sutrisno Budiharto Mohon Tunggu... lainnya -

Membaca dunia, lalu menulis dan melukiskan hidup:\r\n\r\nsutrisno.budiharto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

"Perang Candu" Indonesia Dimulai dari Tony Abbott?

21 Februari 2015   08:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:47 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polemik hukuman mati terpidana kasus narkoba 'Bali Nine' dari Australia tampaknya akan melahirkan ketegangan baru. Ini berawal dari ulah Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang ngotot ingin membatalkan pelaksanaan hukuman mati terhadap terpidana kasus narkoba 'Bali Nine'. Mungkinkah ketegangan komunikasi ini akan melahirkan "Perang Candu" antara Indonesia vs Australia? "Perang Candu" China dan Jurus Mabuk Tony Abbott Harus diakui bahwa candu (narkoba) bisa membahayakan suatu negara. Setidaknya hal itulah yang pernah ditemui Bangsa China pada abad ke-19 silam. Ketika Inggris menjajah China, pernah terjadi Perang Candu. Ini terjadi pada pertengahan abad ke-19, sekitar tahun 1840-an. Kala itu, Inggris memperlemah China melalui candu. Namun Bangsa China pada Dinasti Qing akhirnya menyadari dampak buruk dari candu. Karena itu, mereka berusaha memberantasnya sampai terjadi adu senjata dengan Inggris. Sayangnya, Dinasti Qing akhirnya harus berlutut menerima kekalahan dalam perjanjian Nanking. Nah, apakah Indonesia juga ingin mengalami kehancuran seperti yang dialami Dinasti Qing? Tentu saja tidak. Rakyat Indonesia tampaknya ingat betul pada pesan Bung Karno tentang "Jasmerah" (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah). Karena itu, banyak yang sepakat bahwa terpidana kasus narkoba 'Bali Nine' harus dihukum mati. Celakanya, di tengah persiapan hukuman mati tersebut, Perdana Menteri Australia Tony Abbott  aktif melobi agar hukuman mati dibatalkan. Sekjen PBB pun ikut serta dengan alasan HAM. Belakangan, Perdana Menteri Australia Tony Abbott memberikan alasan baru, kenapa Indonesia harus membatalkan eksekusi mati dua warga negaranya yang terlibat penyelundupan heroin di Bali. Dia mengungkit bantuan Australia yang sangat besar untuk rekonstruksi Aceh selepas diterjang bencana tsunami pada 2004 lalu. Apa reaksi masyarakat Indonesia terhadap sikap Tony Abbott tersebut? Banyak yang tersinggung berat. Sikap Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang mengungkit bantuan kemanusiaan untuk  Aceh pasca bencana tsunami 2004 itu, akhirnya memicu munculnya gerakan penggalangan koin. Gerakan penggalangan koin ini marak muncul dalam media sosial dengan tagar #KoinUntukAustralia [ #CoinsForAustralia ]. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah; mungkikah Perdana Menteri Australia Tony Abbott akan tetap ngotot "memaksa" Indonesia untuk membatalkan hukuman mati terhadap terpidana kasus narkoba asal Australia tersebut? Jika Tony Abbott tetap  "main paksa", maka sama halnya tidak mengakui kedaulatan hukum Indonesia.  Jika Tony Abbott tidak mengakui kedaulatan hukum Indonesia. sama halnya menantang perang dengan Indonesia. Jika Tony Abbott tetap  "main paksa", boleh jadi "Perang Candu" di Indonesia akan bisa meletup dengan diawali oleh jurus mabuk  Tony Abbott. Tapi moga-moga saja Perdana Menteri Australia Tony Abbott tidak main paksa dan segera menyadari bahwa kedaulatan hukum Indonesia harus dihormati. Yang jelas, tanda-tanda keboborkan moral akibat narkoba sudah menggejala di Indonesia. Dan untuk mengatasi hal ini perlu tindakan tegas tanpa pandang bulu, termasuk kepada warga Australia. [ SUTRISNO BUDIHARTO ]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun