Inti dari strategi kebudayaan di Yogyakarta diletakkan pada inti yaitu Hamengkubuwono, dalam pemaknaan lebih dalam yaitu : "Merawat Bumi", konteks pemikiran Jawa dalam wilayah sesungguhnya diletakkan pada "stabilitas", sehingga banyak nama nama Raja Jawa menggunakan pemaknaan yang mengikat seperti : Hamengkubuwono dan Paku Alam. Pranata inilah yang kemudian harus dirumuskan dalam persiapan pengembangan wilayah Kulon Progo sebagai "Kota Internasional" dan Kabupaten termaju di Jawa.
Strategi Branding harus menempatkan kesadaran alam pikiran orang Jawa dalam melihat dunia, serta meletakkan dinamika dan dialektika perkembangan internasional.
Apa yang bisa dikembangkan di Kulon Progo akan membantu perkembangan di wilayah wilayah lainnya bahkan dalam radius yang amat jauh. Perkampungan tari di Prambanan sampai dengan kampung Batik di Tembayat, Klaten akan berpengaruh terhadap gerak majunya Kulon Progo setelah bandara dibangun.
Disinilah kesempatan Kulon Progo menjadi sentra terhadap kebudayaan baru setelah diuntungkan dengan pembangunan Bandara di wilayahnya, dan bagi pihak-pihak seperti Pemda DIY serta Pemkab Kulon Progo sigap dalam menentukan rencana pengembangan kota juga rencana pengembangan strategi branding yang kemudian strategi itu bisa berpengaruh dalam alam benak warga internasional.
Perubahan adalah kodrat alam, dan manusia yang cerdas adalah yang mampu membaca perubahan sebagai pembentuk makna positif di lingkungannya...
Anom Cahyono
Pengamat Strategi Branding, sehari hari tinggal di Kota Solo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H