Mohon tunggu...
Sutri Yaningsih Manik
Sutri Yaningsih Manik Mohon Tunggu... lainnya -

Wanita 'dewasa banget' yang lagi sibuk belajar dan bermain selama masih menginjak tanah sebelum berada di 2,5 meter di bawah tanah. Aku juga sedang sibuk membuat para pendamping di kiri kanan untuk menulis segala karma/perbuatanku, berharap agar tulisan itu ada di Sijjin bukan Illiyyin karena tidak mau bertemu malaikat Zabaniyah. Menduplikasi tulisan sendiri yang ada disini plus sedikit corat coret di www.sutrimanik.blogspot.com ketemu ditwitter yuks! @sutrimanik

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pesan Semangat Andrea Hirata untukku

28 Agustus 2013   13:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:42 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13776690801087392831

[caption id="attachment_283905" align="aligncenter" width="300" caption="Judul: Meniti Langkah Penerbit: Elex Media Komputindo Idr: Rp.37.800,-"][/caption] Kemarin, seorang sahabat bernama Abee Perdana yang seorang mantan finalis VJ hunt 2008 bertanya banyak hal kepadaku tentang buku ku yang baru saja terbit. Agak kepo sih memang, tapi dia bilang bahwa kepo itu adalah bagian dari jati diri seorang jurnalis, hahahahahaha. Dari beberapa pertanyaan yang dia ajukan, ada satu pertanyaan yang cukup membekas dan jadi buah pikiranku yaitu ketika dia bertanya "Gimana perasaan loe setelah buku loe lahir?" Dengan spontan aku menjawab "Seneng dan takut!" entah kenapa aku menjawab seperti itu. Dan dari jawabanku itu maka akhirnya muncul lagi pertanyaan dari Abee yang membuatku malah jadi bingung ketika dia bertanya "Apa yang bikin loe takut?" Lama sekali aku menjawab pertanyaan itu, karena jujur aku sendiri bingung akan apa yang membuatku takut. Akhirnya saat itu aku mendapat jawaban bahwa aku mungkin merasa takut akan penilaian orang lain terhadapku. Tapi rasanya bukan itu yang sebenarnya aku takutkan karena aku bukan tipe orang yang akan ambil pusing tentang penilaian orang lain terhadapku, "Masa bodo, lha wong hidupku ndak dibiayai mereka tho!" itu yang selalu kukatakan jika ada orang yang berpandangan miring kepadaku, terlebih jika hal itu tidaklah benar. Sepertinya sahabatku itu menangkap arti ketakutanku lalu dia berkata seperti ini "Dulu gw pernah intervieu Andrea Hirata waktu zaman gw masih siaran di sport and music station. Waktu itu Andrea Hirata belum terkenal, Laskar Pelangi belum booming sama sekali. Off the record gw nanya sama dia, gimana kalau bukunya nggak laku? Trus Andrea Hirata bilang "Nggak apa-apa, saya nggak ambil pusing buku itu laku atau nggak karena menulis adalah passion saya. Jadi saya nikmati saja karena menulis sudah jadi pilihan saya." Jadi loe juga harus gitu, loe kudu semangat untuk terus nulis kalo menulis adalah passion loe. Loe kudu lakuin dengan passion biar nikmat." Begitu pesan Abee sebelum pembicaraan kami berakhir. Setelah itu aku jadi teringat, sewaktu Abee meng intervieu Andrea Hirata yang dia ceritakan, aku juga mendengarkan bahkan sempat ikut kuis nya dan mendapatkan hadiah buku karangan Betty Y. Sundari berjudul Muslimah Goes To CEO. Kala itu aku masih berminat sekali untuk menjadi seorang penulis dan dengan seksama aku mendengarkan perbincangannya bersama Andrea Hirata. Benar kata Abee, kala itu Andrea Hirata belum terkenal, tapi lihat sekarang, hampir semua orang tahu siapa dia dan dulu dia sama sekali tidak mengharap bahwa dirinya akan terkenal. Yes, aku tahu apa yang sebenarnya aku takutkan. Aku terlalu takut jika bukuku berakhir di stand buku diskonan hanya agar penerbit balik modal. Aku bahkan takut untuk memilih menjadi seorang penulis padahal aku mencintai dunia tulis menulis. Aneh, cinta tapi takut! Tapi memang itulah yang sebenarnya. Tiba-tiba aku teringat pesan sahabatku Rahma yang selalu menjadi motivatorku saat aku mulai aktif kembali menulis, dia bilang "Jangan bilang TIDAK kalo loe cinta. Jadi kalau loe cinta nulis, ya jangan loe tolak rasa itu dan ikuti rasa cinta itu!" Dan semalam di twitter Windy Ariestanty @windyariestanty, dia berkicau seperti ini "Berhentilah berkata, ‘aku penulis pemula.’ Tak ada pemakluman karena alasan ini. Pembaca tak peduli itu. Penulis lain juga tidak. Justru karena kau penulis debutan, maka kau harus bersaing dengan penulis veteran. Kau malah harus bekerja dan belajar lebih keras. kau tahu, mereka, para penulis veteran pun, terus belajar. Saban menulis buku/tulisan baru, mereka kembali ke titik nol. Belajar lagi. Tulisan akan bersaing dengan tulisan. Bahkan, tulisanmu hari ini akan bersaing dengan tulisanmu kemarin. Mau kalah dengan dirimu sendiri?" Tertohok aku membaca pesan itu yang langsung terasa tertuju untukku (tak ada yang kebetulan, semua dirancang cantik oleh-Nya) hehe. Baru saja sahabatku Pepey datang ke rumah dan berkata "Gw udah baca buku loe dan teruslah menulis. Lagi, lagi dan lagi." Bersyukur sekali karena akhirnya aku tahu apa yang kutakutkan jadi aku tahu solusi apa yang bisa kuberikan untuk diriku sendiri setelah akhirnya aku melakukan interdialog panjang lebar. Setelah itu aku tahu dimana dan bagaimana harus memungut passionku yang tercecer dan terima kasih untuk pesan semangat Andrea Hirata untukku yang disampaikan lewat Abee dengan rancangan terindah dari Allah SWT, I Love Allah! Terima kasih Mbak Windy, terima kasih sahabat-sahabatku, terima kasih Allah. :) SEMANGAT!!!!!!!!!!!!!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun