Mohon tunggu...
sutra dewiindrasari
sutra dewiindrasari Mohon Tunggu... -

Wawasan Ilmu Sosial dan Ilmu Alam dalam Perspektif Islam dan Barat Suatu sudut pandang tidak bersaing dengan tuntutan-tuntutan empiris karena hal itu memenuhi kepentingan yang sangat berbeda dengan yang dijawab oleh proposisi-proposisi empiris. (Georg Simmel dalam Biersted, 1968;hal379). Upaya memperbaharui minat dalam teori sosial Simmel terlebih dahulu harus memecahkan batas-batas keahlian dalam sosiologi agar dapat memahami dengan baik pengetahuan mengenai pengalaman sosial yang tidak dapat digolongkan dengan gampang maupun teori tentang masyarakat yang melingkupi karya Simmel. Dengan cara inilah kita dapat melihat kontinuitas tema-tema seperti diferensiasi sosial berikut paradoks hingga tragedi kebudayaan yang merentang dalam seluruh karyanya di sepanjang hidup. Memang sejak kesadaran positivistis itu merebak, sejumlah pemikir Jerman berusaha mencari dasar metodologi yang baru untuk ilmu-ilmu sosial, agar terbebas dari pengaruh metodologi ilmu-ilmu alam. Positivisme awal itulah yang melahirkan sosiologi dan ilmu pengetahuan sosial. Menurut August Comte (1798-1857) sendiri sebagai Bapak Pendiri Sosiologi memandang sosiologi berada ada titik kulminasi perkembangan berbagai disiplin ilmiah, puncak dari perkembangan positivisme sendiri. Dengan kata lain, Simmel dalam melembagakan sosiologi tetap tidak bisa luput dari engaruh positivisme maupun historisisme yang ketika itu saling berebut pengaruh. Simmel menyatakan bahwa untuk mencari jawaban tentang makna dan kebenaran dari realitas kehidupan diperlukan “....interpretasi-interpretasi dari fakta yang diketahui dan berupaya mengambil unsur-unsur relatif dan problematis dari realitas sosial dalam keseluruhan sudut pandang”. Ungkapan tersebut seakan menegaskan bahwa tidak ada kebenaran tunggal melainkan ada banyak jalan menuju kebenaran. Minat Georg Simmel pada berbagai disiplin ilmu (seperti psikologi, filsafat, etika dan estetika) menjadi alasan yang cukup kuat dan masuk akal untuk menjelaskan sikap skeptisnya tersebut. Ketika mengupas dunia kehidupan misalnya, Simmel menekankan bahwa antara individu (subyek) dan kenyataan obyektif menjadi terselaraskan dalam dunia sosial. Wawasan Ilmu Sosial dan Ilmu Alam dalam Perspektif Islam dan Barat Ilmu pada dasarnya dalam pengetahuan tentang sesuatu hal, baik yang menyangkut alam (natural) atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berpikir. Suatu sudut pandang tidak bersaing dengan tuntutan-tuntutan empiris karena hal itu memenuhi kepentingan yang sangat berbeda dengan yang dijawab oleh proposisi-proposisi empiris. (Georg Simmel dalam Biersted, 1968;hal 379). Pada hakikatnya, ilmu lahir, tumbuh dan berkembang karena aktivitas penalaran manusia. Dari sejarah ilmu pengetahuan tercacat, nahwa penemuan api merupakan budaya yg membedakan manusia dari makhluk lain. Penalaran hakikatnya merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Adapun proses berpikir menurut Sidi Gazhalba, merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Tetapi oleh karena apa yang disebut benar menurut tiap orang tidak sama, maka proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar juga berbeda. Perbedaan mendasar antara manusia dan makhluk selainnya menurut Islam adalah diberikannya akal pikiran. Melalui akal pikiran tersebut, manusia dapat membedakan mana yang benar dan yang salah, mana yang hak dan bathil, mana yg halal dan haram. Dengan akal pula manusia mengemban amanah dari Tuhannya sebagai khalifah dunia, yaitu sebagai pemakmur, pembawa kemaslahatan, dan kesejahteraan semesta. Masyarakat Babilonia memandang alam semesta merupakan suatu ruangan dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit serta bintang-bintang sebagai atapnya. Ilmu yang mempelajari proses terbentuknya alam semesta dan evolusinya dahulu disebut dengan kosmogoni. Dalam perkembangannya ilmu ini mempelajari tentang asal-usul dan evolusi alam semesta diperluas meliputi juga isi alam semesta dan organisasinya yang disebut kosmologi. Pengetahuan tentang semesta (astronomi) yang ada pada orang Arab sebelum Islam menjadi dasar untuk membina astronomi Islam. Ketika itu, mereka memahami sedikit tentang ilmu bintang. Baru setelah Islam mecapai masa gemilangnya, karya-karya astronomi Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Didalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa siang bukan mendahului malam dan malam juga tidak mendahului siang, ini adalah sebuah isyarat bahwa bumi ini bulat karena siang & malam itu merupakan suatu lingkaran yang tiada permulaan dan tiada akhirnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dinamika Kota Pendidikan

30 Mei 2015   20:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:26 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Walaupun kota Malang disebut sebagai kota Pendidikan karena terdapat banyak Perguruan Tinggi baik yang berstatus sebagai Perguruan Tinggi Negeri ataupun Perguruan Tinggi Swasta, ternyata tidak sedikit dari warganya yang peduli terhadap pendidikan, khususnya melanjutkan pendidikan setelah SMA / SMK. Ini terlihat dari beberapa contoh yang saya lihat baik dari lingkungan tempat tinggal maupun dari teman-teman. Dari pandangan saya, setelah lulus SMA/SMK mereka hanya puas dengan pekerjaan sebagai Security, Cleaning Service, Tukang Parkir ataupun menjadi Pramuniaga di Pusat Perbelanjaan kota Malang. Alasan mereka hanya simpel “ Yang penting kerja”, apakah mereka tidak befikir untuk bekerja yang lebih baik dan lebih menjanjikan ketimbang harus bertahan dengan pekerjaan yang tidak tetap seperti itu. Bahkan teman-teman saya yang perempuan, setelah lulus banyak yang memilih menikah dan mengurus keluarga. Padahal tantangan kita dalam hidup bukan semakin ringan tetapi semakin berat dan persaingan pun semakin hebat, jika kita hanya terkungkung dengan pemikiran sempit seperti itu, apakah kita mampu untuk menciptakan generasi-generasi yang hebat dan luar biasa untuk bangsa ini???

Bukan karena saya mempunyai kesempatan untuk kuliah, lalu saya menyalahkan keputusan mereka tetapi saya ingin memberikan contoh bahwa kalau kita mempunyai mimpi dan keinginan yang besar pasti akan diberikan jalan. Saya pun dulu mempunyai pandangan lebih baik setelah lulus SMA / SMK bekerja dan menghasilkan uang sendiri daripada harus kuliah danberkutat dengan tugas-tugas. Walaupun jauh di dalam benak saya, keinginan untuk melanjutkan kuliah itu ada tapi karena keadaan dan kesempatan yang belum berpihak kepada saya, maka impian itu hanya saya simpan tapi selalu saya tanamkan dalam hati bahwa saya akan kuliah di usia berapapun. Entah itu usia 25 tahun, 30 tahun ataupun ketika menikah saya sudah punya anak impian saya untuk kuliah teta ada. Ternyata, kesempatan itu datang pada saya ketika usia saya 25 tahun, di saat teman-teman saya sebagian sudah berumah tangga dan mengurus keluarga, sebagian sudah mendapat gelar S1 dan bekerja, tapi malah saya baru memulai kembali untuk melanjutkan studi S1. Waktu yang saya gunakan untuk menunggu kesempatan ini adalah 7 tahun. Bukan waktu yang singkat, tapi saya bersyukur bahwa saya masih memiliki kesempatan itu. Alasan saya untuk tetap menyimpan impian itu karena amanah dari Alm.Bapak saya yang mengingatkan untuk sekolah yang tinggi (dalam arti kuliah) dan cari ilmu yang banyak karena ketika saudara, teman bahkan seluruh dunia tidak peduli karena saya yatim piatu, maka dengan ilmu akan tetap berdiri diatas kaki saya sendiri. Kata-kata beliau yang membuat saya semangat walaupun usia saya yang tidak lagi muda dibandingkan dengan teman-teman saya yang usianya baru 18 – 20 tahun.

Jika saya bisa menunggu dan bersabar untuk mewujudkan mimpi saya, kenapa teman-teman saya tidak??, kalaupun ditanya karena masalah biaya, saya pun tidak mempunyai biaya yang cukup untuk kuliah. Karena ada saudara yang mendukung dan membantu saya akhirnya saya berniat semata-mata ibadah untuk mencari ilmu yang mudah-mudahan bermanfaat. Jika setelah lulus, ijazah S1 saya belum diminati oleh perusahaan atau tidak bekerja, saya akan menggunakan ilmu itu untuk mendidik generasi-generasi muda bangsa ini yaitu anak-anak saya kelak.

Kutipan : ” Kegagalan dapat dibagi menjadi dua sebab, yakni orang yang berpikir tapi tidak bertindak dan orang yang bertindak tapi tidak pernah berpikir”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun