Mohon tunggu...
Swastika
Swastika Mohon Tunggu... mahasiswa

hobi saya menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perkembangan Moral Pada Remaja Akhir

3 Februari 2025   13:49 Diperbarui: 3 Februari 2025   21:03 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adanya Artikel ini untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester 3, mata kuliah Psikologi Perkembangan dengan dosen pengampu Ibu Puti Pebrina Niko, M.Psi., Psikolog.
Nama Anggota Kelompok:
1. Sutra Mega Swastika (230802023)
2. Buchari Siddik Marstya (230802079)
3. Nesa Ayunda (230802080)
4. Dheo Yudha Kusuma (230802081)
5. Fitria Vilaili (230802097)

Remaja merupakan tahap peralihan dalam kehidupan manusia yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa, biasanya mencakup rentang usia 10 hingga 24 tahun. Periode ini ditandai oleh perubahan besar dalam berbagai aspek, seperti fisik, mental, dan sosial. Pada masa ini remaja sering kali berada pada tahap moral yang lebih rendah, di mana mereka tidak merasakan kesalahan atas tindakan mereka, seperti yang terlihat pada remaja yang menganggap pencabulan sebagai hal yang wajar.
Menurut Lawrence Kohlberg teori perkembangan moral dapat digunakan untuk memahami perilaku pelaku pemerkosaan melalui konsep Moral Disengagement. Pada tahap pra-konvensional, individu mungkin berfokus pada keuntungan pribadi dan mengabaikan norma sosial, sedangkan pada tahap konvensional, mereka mungkin masih terpengaruh oleh tekanan teman sebaya. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku kekerasan seksual sering kali memiliki pemahaman moral yang terdistorsi dan tidak mampu menginternalisasi prinsip-prinsip moral yang lebih tinggi.

Salah satu pelanggaran moral yang dilakukan remaja adalah pencabulan. Kasus pencabulan merupakan salah satu issue yang berkaitan dengan moral. Suatu issue dikategorikan sebagai issue moral ketika perilaku individu tersebut dapat menolong atau mencedarai orang lain. Pencabulan merupakan perilaku yang menyakiti orang lain (O'Leary-kelly & Bowes-sperry, 2001). Dengan demikian kasus pencabulan dapat digolongkan sebagai kasus yang berkaitan dengan moral.

Salah satu kasus yang terjadi saat ini, yaitu kasus yang baru terjadi pada tanggal 14 Januari 2025. Seorang gadis remaja SMP yang berusia 12 tahun berinisial M menjadi korban pemerkosaan yang di lakukan oleh seorang pria tidak dikenal berusia 21 tahun di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), pria tersebut melakukan aksi bejat nya di daerah perkebunan kelapa sawit.
Pelaku melancarkan aksinya dengan tiba-tiba mendatangi korban yang saat itu sedang bersama temannya, pelaku menanyakan dimana tempat penjual es batu. Pelaku mengajak korban naik motor bersamanya untuk menunjukkan dimana tempat yang dimaksud korban. Namun dalam perjalanan bukannya pergi ketempat penjual es batu, pria ini malah membawa korban ke Perkebunan kelapa sawit. Menurut penuturan korban, pelaku memaksa korban melakukan hubungan badan, dan korban diancam akan dibunuh jika berteriak minta tolong.

Kejadian ini di laporkan ke Polres Inhil oleh kakak korban pada sekitar pukul 12.00 WIB. Melaporkan adiknya ini telah disetubuhi oleh orang tidak dikenal, dari informasi yang di dapatkan dari Kapolres Inhil AKBP Farouk Oktora, Selasa (14/1/2025).
Menurut teori Lawrence Kohlberg, perkembangan moral manusia terbagi menjadi tiga tingkatan utama, yaitu pra-konvensional, konvensional, dan pascakonvensional. Pada usia 21 tahun, individu umumnya berada dalam tahap konvensional, di mana nilai moralnya dipengaruhi oleh ekspektasi social atau kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Namun, jika seseorang melakukan tindakan pelecehan, hal ini dapat mengindikasikan bahwa perkembangan moralnya belum mencapai tahap yang matang.  

Salah satu faktor yang mungkin menyebabkan perilaku tersebut adalah kurangnya internalisasi nilai moral, sehingga pelaku lebih mementingkan penerimaan sosial daripada prinsip etika. Jika tindakan pelecehan terjadi akibat tekanan teman sebaya atau dorongan dari lingkungan sosialnya, maka hal ini menunjukkan bahwa pelaku masih berada dalam tahap 3, di mana moralitasnya bergantung pada persetujuan dari orang lain.

Selain itu, ketidakmampuan individu untuk berkembang ke tingkat pascakonvensional juga bisa berperan dalam perilaku tersebut. Pada tahap ini, seseorang memahami bahwa aturan dibuat untuk melindungi hak asasi manusia, serta bahwa moralitas tidak hanya sekadar kepatuhan terhadap peraturan, tetapi juga berlandaskan keadilan dan empati. Jika seseorang hanya mematuhi aturan karena takut akan hukuman dan bukan karena kesadaran moral yang mendalam, maka ia belum mencapai tahap pascakonvensional.  

Dari analisis ini, dapat disimpulkan bahwa pendidikan moral dan sosial memiliki peran penting dalam perkembangan remaja akhir. Untuk mencegah perilaku pelecehan, perlu dilakukan intervensi yang bertujuan meningkatkan kesadaran moral melalui diskusi etika dan dampak sosial dari tindakan tersebut, menanamkan empati agar individu memahami akibat negatif dari pelecehan, serta memperkuat kesadaran hukum agar mereka memahami konsekuensi jangka panjang dari perbuatannya. Dengan memahami teori Kohlberg, kita dapat melihat bahwa tindakan pelecehan pada remaja akhir mungkin disebabkan oleh keterbatasan dalam perkembangan moral mereka. Oleh karena itu, intervensi yang tepat sangat diperlukan untuk mencegah terulangnya perilaku serupa di masa mendatang.

Berdasarkan kasus tersebut, Faktor Pendukung Terjadinya Pemerkosaan Menurut Teori Kohlberg:

1.Kegagalan dalam Perkembangan Moral
Pelaku mungkin terjebak pada tahap perkembangan moral awal (pra-konvensional), di mana keputusan diambil berdasarkan keuntungan pribadi tanpa mempertimbangkan norma sosial atau prinsip etis.
2.Lingkungan Sosial
Lingkungan yang permisif terhadap kekerasan seksual atau yang menormalkan perilaku seksual menyimpang dapat memengaruhi perkembangan moral seseorang, sehingga mereka tidak berkembang ke tingkat moral yang lebih tinggi.
3.Kurangnya Pendidikan Moral dan Etika
Pendidikan moral yang lemah dapat membuat seseorang sulit memahami pentingnya menghormati hak asasi manusia, seperti hak korban untuk bebas dari kekerasan seksual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun