Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tak Rela Anak Gadisnya Dipoligami

12 Juni 2012   09:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:04 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya sudah mengemukakan alasan normatif (agama dan hukum positif) mengapa menolak poligami dan turunannya (poligini dan poliandri) di sini. Sekarang tibalah saat untuk me-teks-kan alasan faktual mengapa saya menolak poligami. Jadi komplit. Alasan normatif ada, alasan faktual ada juga.

Sampai hari ini saya dan istri sudah memproduksi tiga orang anak. Dari tiga orang anak tersebut, dua diantaranya berjenis kelamin wanita. Waktu tentu akan berlalu dan anak-anak perempuan ini kelak akan tumbuh menjadi gadis-gadis, insya Allah. Cepat atau lambat mereka akan tertarik dengan lawan jenisnya dan minta kawin.

Nah, sebagai bapak dari anak-anak gadis itu, yang nota bene memliki hak prerogatif mengawinkan, saya hanya akan menikahkan anak gadisku dengan pria lajang. Intel-intel akan disebar, detektif swasta begitu pula. Spionase swasta ini untuk memastikan bahwa calon suami anak gadisku adalah lajang asli dan bukan nyamar atau lelaki jejadian alias ganti kelamin.

Jika pun anak yang setuju dipoligini, saya orang tuanya yang tidak setuju. Dengan berbagai cara yang bahkan tak terbayangkan, saya akan menggagalkan sekenario perkawinan poligini. Percuma nonton Mission Imposible I-IV jika tak bisa menemukan triks jitu melawan poligini.

Eh, kok, mentok di sini artikelnya. Hilang aja kosentrasi. Baiklah. Nanti saja dilanjutkan; artikel berikutnya akan membahas alasan yang lebih bersifat filosofis.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun