Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Suer, Bosan dengan Bahasa Hukum!

4 Desember 2012   09:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:12 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Siang ini pengadilan gempar! Dua orang lawyer masing-masing mewakili penggugat dan tergugat diusir hakim dan dokumen gugatan serta jawab-menjawab mereka (replik-duplik) dilempar hakim ketua ke luar ruangan sidang.

Usut punya usut mengapa hakim mencak-mencak, ternyata, di dalam gugatan penggugat ditemui kalimat "wow, sambil koprol" dan "ngakak guling-guling".

Belum cukup sampai di situ hakim kemudian menemukan pula di dalam replik penggugat ada kalimat "ciyusss, miapah" sekitar 5 buah. Kacaunya lagi, olok-olok penggugat itu dibalas oleh tergugat dalam dupliknya dengan kalimat "penggugat cemungud aja", persis dibawah bagian gugatan rekopensi (gugatan balik).

Kalimat super konyol itu baru diketahui hakim belakangan karena setiap dokumen tersebut dianggap dibacakan.

Sontak hakim naik pitam.

Dua orang lawyer itupun diusir keluar ruang sidang.

Rupanya dua orang lawyer ini (T dan E) kawan karib. Sehingga mereka berani-beraninya memasukan kalimat konyol khas anak alay tersebut ke dalam dokumen hukum yang sebenarnya amat sangat serius. Dikiranya hakim tak akan peduli.

Visi dua orang lawyer ini menarik juga. Katanya, sesuai wawancara dengan penulis, bahwa mereka sudah bosan dengan bahasa hukum yang kaku dan garing. "Saatnya membuat perubahan", begitu katanya meyakinkan sambil cengegesan. Entahlah bagaimana tanggapan kedua klien mereka.

---------------------

PS: Peristiwa ini bukan kejadian sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun