Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai Agama Memang Pendosa!

27 Februari 2013   03:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:37 2957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nenek moyang manusia (Adam dan Hawa) pernah berlumuran dosa dan pembangkangan pada kehendak Ilahi. Hingga terusir dari surga dan terdampar di bumi. Namun pada titik itulah mereka jadi manusia seutuhnya. Mahluk pendosa. Jadi, kita punya suri tauladan yang sempurna!

Apakah jika mahluk pendosa masuk partai agama sifat pendosanya otomatis hilang begitu saja, berubah jadi malaikat? Lihatlah kenyataannya. Ia tetap manusia. Maka, jangan heran ketika tokoh partai agama tahu-tahu ketangkap nerima suap, dari korupsi alih fungsi hutan lindung (Al Amin Nasution, kader PPP) sampai dugaan korupsi impor sapi (LHI Cs, Presiden PKS).

Di Indonesia ternyata terbukti bahwa kader-kader partai agama bisa juga kedapatan korupsi lalu berurusan dengan penegak hukum. Persis sama dengan kader-kader partai non-agama, hanya beda di kuantitas dan kualitas saja. Intinya tetap sama, sama-sama korupsi.

Sekedar perbandingan di sini adalah Mesir. Pergantian kekuasaan pada partai agama, Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP), yang berhaluan ideologis Ikhwanul Muslimin tidak otomatis menghilangkan praktik perdosaan di sektor publik. Malahan makin maraknya pelecehan seksual terhadap kaum perempuan di sana. Partai berkuasa dinilai gagal memendung laju pelecehan seksual yang meningkat pesat seiring pergantian kekuasaan dari rezim Husni Mubarak ke Muhammad Mursi.

Adalah mimpi berharap manusia sebagai mahluk politik bebas dosa, termasuk bebas dari korupsi di tengah budaya dan sistem politik yang korup. Sedangkan di sistem surga saja manusia tetap mampu mencari celah untuk melanggar batas larangan, karena itulah tabiat manusia.

Mimpi pula jika seorang berjanggut, bersorban, dan bercelana gantung---tampilannya benar-benar "islami"---lalu tidak jelalatan lihat gadis montok atau duit menggunung sementara ia mampu untuk merengkuhnya dan tidak kelihatan oleh orang lain. Setidaknya tempuh jalur aman, tambah istri sekian dan sekian (poligami) sekalipun mengecewakan istri tua tentunya.

Termasuk ketika si "islami" itu masuk partai agama. Harus diingat, partainya memang berideologi agama, tapi manusianya tetap memiliki kharakter pendosa. Janggut seperti jamrut khatulistiwa tapi hati menggeletar melihat uang di mana-mana.

Sudahlah. Hilangkan harap partai agama bebas dosa. Partai adalah tempat homo sapiens menyalurkan hasrat politiknya akan kekuasaan. Untuk mencapai hasrat itu butuh ransum yang tak sedikit untuk bekal di jalan.

Merupakan kharakter dasariah manusia jadi mahluk pendosa, apapun partainya. Kecuali partai agama itu dijalankan oleh para malaikat. Ini manusia semua isinya.

Yang mungkin mengurangi celah bagi aktivitas para pendosa itu dengan memperkuat sistem, baik cheks and balances di tubuh partai maupun kontrol dari pihak eksternal. Inilah pesan penting dari perpolitikan.

Dari sini mulai berangsur berterima fakta bahwa partai agama memang memiliki kharakter dasariah sebagai pendosa. Kharakter yang dibawa oleh figur-figur kadernya yang nota bene manusia semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun