Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jika Fanatisme Agama Kuasai Negara

4 Mei 2013   08:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:08 3808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1367629469676968620

[caption id="attachment_241447" align="aligncenter" width="560" caption="Ilustrasi/Armada Turkish Airlines dan Pramugarinya (webpublicapress.net)"][/caption] Inilah yang terjadi jika kaum fanatis agama kuasai negara. Akan banyak aturan-aturan tak masuk akal dengan dalih agama. Wajar, karena orang yang masuk kelompok ini akan kehilangan daya kritis di otaknya. Yang ada hanya indoktrinasi, indoktrinasi, dan indoktrinasi. Di Indonesia ada aturan dilarang ngangkang khusus bagi wanita. Selain itu, ada aturan di mana agama jadi ajang pemaksaan: pemaksaan baca tulis Quran, pemaksaan berjilbab, pemaksaan syahadat ulang bagi sekte agama nonmainstream jika hendak menikah, dsb. Di Turki, bahkan, pramugari Turkish Airlines dilarang memakai lipstik warna merah. Entah apa dampak lipstik warna merah bagi keselamatan penerbangan. Yang jelas secara akal sehat, tidak ada. Sehingga wajar banyak protes keras atas aturan tak masuk akal demikian. Dalam kaitan ini, ada usulan bernada olok-olok, antara lain mengapa lipstik warna merah tak diganti lipstik warna putih saja biar Islami. Turki memang negara sekuler. Namun pasca berkuasanya kaum Islam konservatif di sana, warna Islam (versi mereka) mulai diberlakukan dengan tegas. Di samping itu, Turki mulai mengambil posisi konfrontasi dengan negara-negara yang berseberangan dengan ideologi politik Islam konservatifnya. Inilah yang terjadi jika agama dibawa-bawa ke politik. Agama akan dijadikan legitimasi konflik terhadap pihak yang berseberangan kepentingan dan ideologi. Di Arab Saudi, konon diberitakan, ada razia orang ganteng yang masuk ke negaranya. Ada beberapa orang ganteng terjaring razia dan diusir dari negara itu karena ditakutkan akan membuat wanita Arab tergoda pada kegantengan itu. Wuih. Benar-benar. Di Lembah Swat, perbatasan Pakistan-Afganistan, seorang bocah perempuan bernama Malala Yousafzai diberondong tembakan mematikan oleh gerilyawan Taliban, organisasi politik islam garis keras. Bukan karena Malala melawan Taliban dengan senjata. Melainkan karena Malala melakukan aktivitas advokasi hak pendidikan bagi perempuan di Lembah Swat. Di Malaysia, para sempalan garis keras tak berkutik di negara itu, berkat keras dan tegasnya hukum diberlakukan di bawah titel "The Internal Security Act 1960". Di bawah rezim hukum ini siapapun yang merongrong kedaulatan dan keamanan negara, termasuk kaum garis keras, akan ditangkap dan dijebloskan ke penjara tanpa perlu disidangkan dan tanpa perlu batasan waktu berapa lama penahanan dilakukan. Akhirnya, kaum garis keras di Malaysia mengungsi ke Indonesia untuk menyalurkan syahwat kecanduan agamanya, terutama yang bersifat desktruktif. Maka berdatanganlah ke Indonesia dari Malaysia orang seperti Abu Bakar Baasyir, Nordin M Top, Dr Azhari, dan entah siapa lagi. Mereka itu (Nordin M Top cs) adalah Islam garis keras yang diduga kuat berpaham Wahabi, yang bersemboyan di mana langit dipijak di situ harus berdiri Negara Islam dan Khilafah. Di luar prinsip mereka adalah thogut dan harus dihancurkan. Apa yang terjadi di Turki, Afganistan dll niscaya akan terjadi juga di Indonesia jika kaum fanatis agama menguasai negara. Ideologi negara Pancasila, yang sifatnya menyatukan semua elemen bangsa tanpa sekat SARA, akan diganti dengan ideologi politik agama tertentu saja. Lihatlah, di level daerah sudah mulai marak! Penulis yakin seribu persen, bahwa jika kaum fanatis agama diberi ruang untuk berkiprah lebih luas di sektor publik, maka dunia akan bergerak menuju abad kegelapan. Wanita akan dikekang habis-habisan. Kekerasan akan merajalela dengan alasan agama. Pembatasan interaksi dengan pihak luar akan diberlakukan dengan ketat. Dst. Itulah yang terjadi jika kaum fanatis agama kuasai negara. (SP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun