Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ini Cara Warga Turunkan Tarif Angkutan Umum

19 Januari 2015   18:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:49 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari ini harga BBM kan sudah turun nih. Harusnya, tarif angkutan umum otomatis turun juga. Kenyataannya, tarif angkutan umum di banyak daerah di Indonesia tidak/belum turun juga.

Berhubung tarif angkutan umum belum turun, biaya angkut barang belum turun. Imbasnya tidak ada alasan penekan bagi pedagang untuk menurunkan harga dagangannya, malahan ada alasan pembenar bagi pedagang untuk menghindar menurunkan harga.

Atas dasar itu, kali ini kita tidak bicara hal yang mendakik-dakik, mengawang-awang, dengan mengharapkan pemerintah menurunkan tarif angkutan umum. Karena pemerintah ternyata cukup bebal juga.

Nah, bukan hanya sopir angkutan umum yang bisa mogok. Warga pemakai angkutan umum juga bisa melakukan hal yang lebih kurang sama, kapan perlu lebih keras. Lintangkan saja balok kayu raksasa di hadapan angkot biar gak bisa jalan.

Jika perlu warga sweping sopir angkot yang keras tak mau inisiatif turunkan tarif angkutan, persis kelakuan sopir yang mensweping rekan sesama sopir supaya ikutan mogok. Gegara sopir mogok para pelajar tak bisa sekolah, sebagian sekolah meliburkan belajar mengajar, warga tak bisa pergi kerja, dst.

Tak sengaja siang ini saya mendengar obrolan kalangan sopir angkot di perempatan.

"Belum ada perintah turunkan tarif angkot, nih, bang."

"Iya nih. Gimana baiknya, ya, warga suka protes dikenakan tarif lama."

"Kalau saya sserahkan pada penumpang saja. Kalau jarak dekat dikasih Rp2 ribu, ya, saya terima."

(Sutomo Paguci)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun