Sebelum berangkat sholat Jumat masih ada waktu sekitar 1/2 jam untuk menuliskan ini. Entah kapan persisnya aku mengenal mbah Jancuk ini. Sudah cukup lama. Apalagi belakangan ini dunia maya dan serba elektronik dengan mudah mempertemukan siapapun tanpa harus bertemu fisik langsung. Nama Dalang Edan ini berubah terus di twitter. Beberapa hari terkahir mbah Jancuk berganti nama jadi Don Tejo Corleoncuk. Apa pun pergantian namanya tetap mempertahankan ciri khas 'cuk' itu. Selalu asyik mendengar celotehan Mbah Jancuk di twitter (@sudjiwotedjo). Banyak sekali celotehannya, yang segar, tanpa tendeng aling-aling, jujur apa adanya, tanpa perlu menjaga-jaga citra diri, main jancuk aja, ndasmu, asu dan sebagainya. Urakan yang berkelas dan filosofis. Seolah antitesis dari sikap para tokoh yang sok menjaga citra wibawa tapi kelakuan entah apa-apa. Buku Dalang Mbeling dengan tema ngawur ala per-'cuk'-an ini telah diluncurkan dan mbah Jancuk pun berkoar-koar di twitter menjajakan bukunya. Ketika diprotes kok dagang buku di twitter, ia balik berkhotbah dengan bijak. Bahwa itulah makna dari etos kerja: berproduksi. Makna terdalam dari dukungan seorang kawan adalah membeli buku jika kawan mengarang buku, bukan mengharap dikasih gratis. Barangkali kita terinspirasi jika suatu hari kopi darat dengan Kompasianer yang telah menerbitkan buku. Boleh rame-rame kita beli bukunya kapan perlu dilebihkan 10% dari harga pasar, sebagai wujud nyata dukungan sesama rekan. [caption id="attachment_185316" align="aligncenter" width="199" caption="Sudjiwo Tedjo dan Bukunya (atjehpost.com)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H