Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dua Pelukan dalam Kendaraan

26 April 2013   19:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:33 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya merasa Tuhan memang ada salah satunya saat berada dalam kendaraan. Manakala sudah naik kendaraan, semua perlengkapan keamanan telah difungsikan, rambu-rambu telah dipatuhi, dan batas kecepatan dijaga, maka yang tersisa hanya pasrah.

Ketika sudah duduk di bangku pesawat, mesin terasa gemuruh, lalu pelan-pelan pesawat bergerak siap tinggal landas. Saya tak melihat pengecekan apakah benar pesawat siap terbang dan semua sistem bekerja dengan sempurna. Percaya saja. Termasuk percaya sepenuhnya pada komando sang pilot dan awaknya.

Begitu pun ketika berada di dalam mobil. Baik memegang setir, duduk di samping sopir, atau duduk di belakang, sedapat mungkin saya akan memasang sabuk pengaman dan memastikan sabuk itu terpasang dengan benar. Tidak seperti kebiasaan sopir yang memasang sabuk pengaman kalau ada razia saja, sekalipun sudah diingatkan masih suka terulang, namanya juga kebiasaan.

Maklumlah, saya merasa tak berdaya dan ringkih ketika berada di dalam kendaraan. Bisa saja terjadi semua perlengkapan keamanan telah difungsikan dengan benar, sudah taat peraturan lalu lintas, dan telah pula berhati-hati akan tetapi pangkal bala bisa datang dari orang lain yang nyelonong nabrak.

Yang dapat saya lakukannya hanya memastikan semua perlengkapan keselamatan difungsikan dengan benar, mematuhi rambu-rambu lalu lintas, mematuhi batas kecepatan, dan selebihnya berhati-hati. Di atas semua itu hanya bisa pasrah. Benar-benar nasib yang bicara.

Begitulah. Kalau sudah di atas kendaraan hanya ada dua pelukan yang mendatangkan rasa aman. Yakni, pelukan kendaraan itu sendiri dan pelukan Tuhan. Apalah daya daging manusia yang lunak. Pun, sekeras-kerasnya tulang tetap lebih keras aspal.

(SP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun