Setelah cerita indah tentang Danau Gunung Tujuh 1.950 mdpl di sini, kini saatnya berkisah sisi joroknya. Katakanlah biar imbang, supaya tulisan wisata tidak melulu berkisah sisi indah, seolah tanpa celah. Harapannya ke depan mudah-mudahan berubah jadi indah tanpa celah.
Seklebatan, Danau Gunung Tujuh memang sangat indah, tinggi tempatnya dan dalam airnya. Akan tetapi jika mau mengamati sedikit lebih detail, nah, baru deh kelihatan sisi joroknya. Demikianlah penulis amati selama dua hari dua malam, Jum'at 31/3/2017 sore s/d 2 April 2017.
Sisi Utara danau, tempat kemping favorit peziarah, jauh lebih parah lagi. Di sini sampah berserakan merata di semua lokasi yang bisa didirikan tenda di atasnya. Selain di atas tanah, sampah juga nampak berserakan di dasar danau bagian tepi-tepinya. Ada sampah plastik kecil-kecil semisal bungkus bumbu mie, ada pula sampah plastik berukuran besar, seperti jas hujan robek, karung robek, dll.
Yang terjorok dari yang jorok adalah para peziarah yang buang air besar (BAB) di danau. Masya Allah. Tempat favorit peziarah BAB adalah di tepi danau sebelah Utara, dekat aliran air danau ke hilir yang mengalir jadi air terjun. Pada pagi atau sore hari para peziarah biasa terlihat di tepi mencangkong di atas batu sambil BAB.
Belum ada survei memadai bagaimana sampai para peziarah cari gampang buang air di danau, apakah karena tidak tahu bahaya penyebaran bakteri E.coli dari tinja, ataukah tahu bahaya tapi tidak tahu cara BAB yang benar di alam yang masih alami.
Dari berbagai sumber disebutkan, bakteri E.coli yang biasa terdapat dalam usus hewan dan manusia, yang dikeluarkan dalam bentuk tinja, jika masuk kembali ke dalam tubuh lewat makanan atau minuman-terkontaminasi dapat menyebabkan diare, merusak sel darah merah, merusak ginjal, menyebabkan keracun yang merusak dinding usus kecil, dll.