SIAPA yang tak kenal Ranu Kumbolo. Danau super cantik di tepi jalan menuju gunung Semeru. Airnya suci dan menyucikan.Â
Disebut suci dan menyucikan karena airnya benar-benar jernih bersih, terutama belakangan ini sejak para pendaki diwajibkan ikut briefing Sahabat Volunter Semeru (Saver). Airnya juga disucikan oleh umat Hindu Tengger bahkan hingga Bali untuk upacara keagamaan.
Saking indahnya Ranu Kumbolo, saya sampai kesulitan mencari sisi unik anti mainstream buat bahan tulisan ini. Pasalnya, sudah banyak tulisan tentang Ranu Kumbolo. Untungnya, sedikit tulisan yang royal dengan foto-foto seperti artikel ini.
Menuju sisi Utara Ranu Kombolo. Foto: Sutomo Paguci.
Menuju tepian sisi Utara Ranu Kombolo. Foto: Sutomo Paguci.
Untuk menikmati keindahan Ranu Kumbolo secara maksimal datanglah saat musim cuaca cerah sekitar akhir Mei sampai Oktober sepanjang tahun. Usahakan sampai di lereng peninjauan menjelang tengah hari, persis saat sinar matahari menukik ke permukaan danau, lalu memedarkan pantulan sinar yang memukau!
Setiap sisinya begitu indah. Pada bagian Barat, untuk pertama kali para pendaki akan melihat pemandangan yang luar biasa indah, lebih indah dibandingkan fotonya. Semakin ke bawah, pemandangan Ranu Kumbolo akan makin jelas. Sedikit lagi turun ke bawah, ke bibir "pantainya", akan ditemui sisi Timur danau. Perhatikan, ada beberapa pita berwarna putih yang diikatkan di batang pohon pinus sebagai tanda area "suci" sehingga dilarangan mendirikan tenda.
Penampakan sisi Barat dan savana teletubies Ranu Kombolo. Foto: Sutomo Paguci.
Penampakan tepian sisi Utara dan Timur Ranu Kombolo. Foto: Sutomo Paguci.
Sebagai air suci dan menyucikan, Ranu Kumbolo terlarang untuk dikotori. Tidak boleh mandi di danau. Tidak boleh mencuci apapun langsung ke dalam danau. Mencuci tangan atau berwudhu saja harus mengambil air dengan wadah lalu dibawa ke pinggir. Tidak boleh mencelupkan kaki langsung ke danau. Jangan sungkan untuk menegur orang yang belum tahu atau bandel mencelupkan kaki ke dalam air.
Pada sisi Barat dan Selatan, terdapat area cukup luas untuk mendirikan tenda. Dari sini, terutama di pagi hari, akan terlihat matahari terbit menyembul di ujung sana, di celah-celah bukit. Sangat epik. Di sini ada toilet yang sangat terkenal. Toilet Ranu Kumbolo.
Tepian sisi Utara. Di sini terlarang mendirikan tenda. Foto: Sutomo Paguci.
Mengintip Tanjakan Cinta dari sisi Utara Ranu Kombolo. Foto: Sutomo Paguci.
Ranu Kombolo dilihat dari Tanjakan Cinta. Foto: Sutomo Paguci.
Suasana area camp ground Ranu Kombolo, Sabtu (14/5/2016) sore. Foto: Sutomo Paguci.
Nah, bila semua keindahan dan kemeriahan di Ranu Kumbolo adalah sisi cinta. Maka toilet dan sampah di Ranu Kombolo adalah sisi dusta: kedustaan para pendaki dan peziarah di Ranu Kumbolo, apalagi yang mengaku pencinta alam.
Toilet di Ranu Kumbolo super jorok. Memang ada pemberitahuan tertulis untuk membawa kembali botol plastik dll wadah air untuk cebok. Tetapi kenyataannya botol, tissue, pembalut dan segala kejorokan dibiarkan berserakan di sekitar toilet.
Kondisi toilet di Ranu Kombolo, Minggu (15/5/2016) pagi. Foto: Sutomo Paguci.
Sampah plastik bertebaran di sekitar toilet Ranu Kombolo, Minggu (15/5/2016). Foto: Sutomo Paguci.
Tak jauh dari toilet, tepat di samping dan depan shelter, adalah tempat para peziarah membuang sampah sembarangan. Sampah itu menumpuk seperti bukit. Dimasukkan dalam kantong-kantong sampah. Siapa yang akan membawa sampah itu turun? Siapalagi kalau bukan Saver.
Padahal Saver yang membriefing peziarah selalu tidak bosan berpesan, bahwa mereka (Saver) bekerja ikhlas dan tidak dibayar, karena itu tolong bayar mereka dengan sampah yang dibawah kembali dari Semeru dan Ranu Kumbolo.
Lihat Travel Story Selengkapnya