[caption id="attachment_351251" align="aligncenter" width="300" caption="Air Terjun Sarasah, Minggu, 15/2/2015."][/caption]
Waktu saya berkunjung ke Air Terjun Sarasah, Ulu Gadut, Padang, dua tahun yang lalu (2013), sebagaimana ditulis dalam artikel ini, suasananya benar-benar asyik karena empat hal ini: indah, sejuk, alami dan bersih.
Waktu itu pengunjungnya masih sedikit, bahkan di hari libur sekalipun, paling-paling satu dua orang. Di sinilah daya tarik tambahannya. Wisata alam yang dekat dengan pusat kota, tetapi masih alami dan sepi pengunjung.
[caption id="attachment_351252" align="aligncenter" width="300" caption="Keramaian pengunjung berjalan kaki ke air terjun Sarasah, Minggu, 15/2/2015."]
![1423989190906378241](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1423989190906378241.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Setahun terakhir mendadak air terjun ini diserbu pengunjung, banyak sekali pengunjung, terutama di hari libur. Jadilah suasananya seperti pasar. Di mana-mana terlihat gerombolan orang. Ada yang merokok, mandi, makan, selfie, dst.
Kosentrasi manusia di waktu bersamaan tentu saja menghasilkan sampah organik dan anorganik. Sampah plastik terlihat bertebaran di mana-mana. Beberapa di antara pengunjung nampak buang hajat di balik batu.
[caption id="attachment_351253" align="aligncenter" width="400" caption="Banyaknya pengunjung terlihat dari parkiran motor. Ini baru di satu tempat."]
![14239894531141520488](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14239894531141520488.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Pada sisi lain, ramainya pengunjung berdampak positif bagi warga setempat. Andi, misalnya, setahun terakhir ketiban rezeki dari ramainya pengunjung. Andi dan istrinya buka warung dan menyediakan halaman rumahnya untuk tempat parkir motor.
Saya perhatikan umumnya pengunjung datang secara berombongan. Sekedar saran, akan lebih baik jika setidaknya satu dua orang diantara anggota rombongan menjadi relawan untuk mengumpulkan sampah yang dihasilkan lalu membawanya kembali ke bawah untuk dibuang di tempatnya. Syukur-syukur jika tiap orang membawa kembali sampahnya.
Pemerintah setempat atau organisasi pencinta alam dapat berperan lebih nyata. Antara lain dengan membuat spanduk himbauan di tempat pengunjung memarkir kendaraannya, misalnya dengan kalimat "Dilarang Membuang Sampah di Air Terjun. Sampah Harap Dibawa Pulang."
(Sutomo Paguci)