Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Aturan #12 Mengelola Rasa Takut di Alam Liar

12 Juli 2022   11:18 Diperbarui: 12 Juli 2022   11:27 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini merupakan seri aturan dasar tak tertulis saat berkegiatan di luar ruang (outdoor), khususnya mendaki gunung, berkemah, dan lainnya. Sengaja ditayangkan acak dengan beberapa pertimbangan.

Ironisnya, aturan dasar tersebut sering kali dilanggar, seolah membenarkan stereotip "aturan untuk dilanggar."Efeknya bisa saja fatal.

Berkegiatan di alam liar seperti menempuh rimba atau mendaki gunung sangat terkait dengan faktor mental atau kejiwaan terutama mengelola rasa takut.

Tentu kita biasa mendengar alasan seseorang takut diajak berpetualang ke dalam rimba atau ke gunung yang sepi.

Saat berpetualang seorang diri makin dibutuhkan pemahaman yang solid tentang anatomi rasa takut, bagaimana bentuk dan sumbernya, serta bagaimana rasa takut menginfeksi pikiran dan jiwa seseorang.

Berbeda dengan petualangan yang dilakukan berkelompok, potensi ancaman eksternal bisa dihadapi bersama. Ini membuat rasa takut terhadapnya menjadi minimal.

Dengan menguasai anatomi rasa takut, kita bisa berpetualang di alam liar dengan riang dan rasional.

Rasa takut itu sendiri merupakan mekanisme pertahanan dalam pikiran dan jiwa menghadapi ancaman eksternal, seperti rasa sakit, kematian, kehilangan harta benda dan lain sebagainya.

Rasa takut di alam liar biasanya dikaitkan pada ancaman eksternal atau di luar diri manusia, yang sifatnya spesifik, jelas objek sumber rasa takutnya, misalnya badai, jurang, harimau, ular, dan sebagainya.

Bila "ancaman" itu tidak spesifik atau tidak jelas asal atau sumbernya, maka lebih tepat disebut sebagai kegelisahan biasa.

Dari sudut pandang subjek manusia yang memiliki rasa takut itu sendiri, rasa takut yang dialami ada yang bersifat rasional dan irrasional.

Rasa takut rasional adalah rasa takut atas ancaman eksternal yang bisa dicerna dengan akal sehat atau dapat dijelaskan secara ilmiah atau bersifat terukur, misalnya hipotermia, serangan harimau, ular, dst.

Sedangkan rasa takut irrasional merupakan rasa takut atas ancaman "eksternal" di luar akal sehat atau tidak bisa dijelaskan secara ilmiah atau tidak terukur, misalnya takut pada hantu, roh halus penunggu gunung, dan sebagainya.

Para petualang mesti bisa membedakan rasa takutnya apakah rasional atau irrasional. Rasa takut irrasional bisa diabaikan.

Sementara rasa takut rasional mesti dikalkulasi kemungkinan terjadinya. Bila kemungkinan terjadinya besar, pegiat alam liar bisa memberi respon yang seimbang, misalnya menyiapkan alat penangkal atau pergi menghindar.

Persoalan yang sering dihadapi banyak orang adalah, ia membiarkan dirinya diinfeksi oleh rasa takut yang sifatnya tidak masuk akal, bisa saja karena faktor pemahaman atau mental yang lemah.

Tidak mau mendaki gunung karena takut kesurupan roh halus yang ada di gunung. Tidak mau berkemah di rimba karena takut disesatkan oleh mahluk tak kasat mata. Banyak lagi contoh rasa takut yang irrasional.

Maka, ada benarnya anggapan bahwa orang sebenarnya tidak takut sendirian di alam liar, ia hanya takut kalau tidak benar-benar sendirian. Orang tidak takut ketinggian, ia hanya takut jatuh.

Mengetahui anatomi rasa takut membuat kita dapat berpikir rasional dan memilih reaksi yang juga rasional.(*)

SUTOMO PAGUCI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun