SEPERTI pernah saya tulis sebelumnya, selalu ada alasan untuk mendaki gunung Kerinci 3.805 mdpl. Walaupun sudah berkali-kali, belum ada tanda-tanda bosan.
Gunung api tipe kerucut ini seolah "memanggil" pada waktu-waktu tertentu. Pada saat itulah waktunya mendaki gunung berjuluk "Atap Sumatera" ini.
Tak terkecuali kali ini. Walau sudah 16 kali saya mendaki gunung tertinggi di pulau Sumatera tersebut, namun tetap ada keinginan mengulang lagi.Â
Baca juga:Â Selalu Ada Alasan Mendaki Gunung Kerinci
Hari Sabtu 25 September 2021 pukul 06.00, saya meninggalkan rumah di Padang, Sumatera Barat, menuju provinsi tetangga, Jambi.Â
Tepatnya, saya menuju ke titik awal pendakian gunung Kerinci di Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Indonesia.
Bulan September 2021 masih puncak musim hujan di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi. Namun ramalan cuaca mengatakan, hanya akan turun hujan ringan antara tanggal 25-27 September 2021, hari dimana saya mendaki.
Saya beruntung. Cuaca cerah berawan sepanjang perjalanan darat dari Padang menuju desa Kersik Tuo. Saya tiba sekira pukul 11.3o WIB di Pos Registrasi Balai Besar Taman Nasional Kerinci Sebelat (BBTNKS).
Setelah menyerahkan persyaratan pendakian (berupa KTP, surat keterangan kesehatan dari dokter, menunjukan sertifikat vaksinasi Covid-19, dan membayar tiket masuk hari libur Rp25.000), saya meluncur menuju pintu rimba.