Zhang menjadi murid kedua yang meninggalkan sekolah hanya dalam beberapa hari Guru Wei mengajar.
Guru Wei yang awalnya tak meyakinkan ternyata sangat amanah. Berbagai cara dilakukannya agar muridnya tetap sekolah.
Untuk mencari Zhang Huike ke kota, Guru Wei mencari cara mengumpulkan uang untuk tiket bus ke kota. Ia melibatkan murid-muridnya. Mulai dari iuran murid, tapi masih kurang, hingga kerja mengangkut batu bata.
Murid-murid terlibat membuat perencanaan, menghitung jumlah uang yang dibutuhkan, menghitung waktu kerja, lalu langsung kerja mengangkut batu bata.
Semua murid antusias menuliskan perhitungan angka-angka di papan tulis pakai kapur peninggalan Guru Gao. Secara tak sengaja murid belajar matematika langsung dari masalah di dunia nyata.
Setelah uang terkumpul, Guru Wei pergi ke stasiun bus. Ternyata, harga tiket bus lebih mahal dari perkiraan mereka.
Seorang murid mengusulkan Guru Wei menyusup ke dalam bus dibantu murid-muridnya. Usaha ini berhasil. Tapi di tengah jalan ketahuan dan Guru Wei diturunkan paksa di tengah jalan. Guru Wei melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki sampai ada mobil yang mau memberi tompangan.
Sesampai di kota tidak mudah bagi Guru Wei menemukan Zhang Huike yang ternyata tak pernah sampai ke penginapan yang dituju karena Zhang melarikan diri di stasiun kota.
Berbagai cara dilakukan Guru Wei untuk mencari Zhang Huike, mulai dari minta tolong pada teman seperjalanan Zhang Huike, mengumumkan di load speaker milik petugas pasar, hingga membuat selebaran tulisan tangan pakai sisa uang terakhir. Semua gagal memberi titik terang keberadaan Zhang Huike.
Sementara diperlihatkan adegan Zhang Huike berkeliaran di sekitar pasar, mengemis makanan untuk sekedar bertahan hidup.
Upaya terakhir Guru Wei ke stasiun tv lokal berharap "berita anak hilang" ditayangkan di tv. Tapi ia diusir petugas karena ia tak punya identitas dan tak sanggup bayar biaya iklan. "Hanya manajer yang mungkin bisa menolongmu," ujar petugas tv.