Sudah lima tahun terakhir penulis mempraktekan konsep "mendaki mandiri" (independent hiking): semua perlengkapan dan logistik bawa sendiri, sekalipun mendaki secara grup, jadi tidak bergantung pada pendaki lain.
Konsep mendaki mandiri lebih untuk alasan safety atau keamanan, untuk antisipasi andai terpisah dari grup, saat kehujanan, dll. Kenyamanan dan privasi sifatnya bonus saja.
Berbeda halnya saat perlengkapan dan logistik dibawa terpisah dengan cara dibagi-bagi antara anggota grup. Misalnya, saat seorang pendaki berjalan paling belakang dan perut lapar, sering kejadian logistik dibawa rekan yang jalan di depan berjarak cukup jauh.Â
Akhirnya si pendaki terpaksa menahan lapar. Ini sangat berbahaya, selain jadi kurang bertenaga, juga rawan terserang hipotermia.
Pada sisi lain, andai ada anggota rombongan yang terpisah jauh di belakang, misalnya karena cidera, tak mampu lanjutkan perjalanan, sehingga butuh tenda untuk tempat berteduh.
Bayangkan, andai hari hujan dan pendaki cidera tersebut tak ada tempat untuk berteduh. Nyawa taruhannya.
Dalam konsep mendaki mandiri, semua lengkap bawa sendiri: ada tenda, makanan atau logistik, peralatan masak, kantong tidur, matras atau kasur tiup, bantal tiup, P3K, pakaian ganti, dll.Â
Saat terjadi kondisi darurat, semua kelengkapan penyelamat ada di dekat si pendaki.Â
Karenanya, pendaki mandiri (independent hiker) wajib mengenal cara mandiri pertolongan pertama pada kecelakaan, mengenal jalur secara mandiri, selain tentu saja membawa perlengkapan dan logistik secara mandiri.
Karena mendaki mandiri, maka otomatis bawaan seringan mungkin. Pilih peralatan berbobot ringan (ultralight): tenda khusus untuk 1 orang; logistik secukupnya saja sejumlah hari pendakian + 1 hari untuk jaga-jaga; kompor dan alat masak yang ukuran kecil dan ringan; dan seterusnya.