Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Konflik Pengelolaan Posko Gunung Marapi, Pendaki Jadi Sapi Perahan

8 November 2020   07:53 Diperbarui: 13 November 2020   16:38 1621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Posko baru Pokdarwis Batu Palano (dokpri)

Gunung Marapi berketinggian 2.891 mdpl secara administratif berada di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat, adalah gunung api dengan jumlah pendaki terbanyak dari seluruh gunung yang ada di Sumatera Barat.

Jalur paling ramai untuk mendaki gunung ini ada di Koto Baru, Tanah Datar, yang selama ini pengelola poskonya adalah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Koto Baru. 

Sebulan belakangan, Posko Pokdarwis Koto Baru mengalami konflik internal. Pecahannya mendirikan posko yang sama di camping ground BKSDA dengan menamakan dirinya Pokdarwis Batu Palano. 

Selain konflik internal, yang saat ini sudah sangat merugikan para pendaki, banyak masalah lain di jalur Koto Baru gunung Marapi ini.

Shelter pos 3 (dokpri)
Shelter pos 3 (dokpri)
Seperti terlihat shelter ini diambil alih warga jadi tempat jualan (dokpri)
Seperti terlihat shelter ini diambil alih warga jadi tempat jualan (dokpri)
Seperti foto di atas, contohnya, sebetulnya shelter untuk berlindung para pendaki gunung Marapi jalur Koto Baru, tapi diambil alih sepihak oleh warga untuk kepentingan pribadi, buat tempat jualan. Dan orang dari Pokdarwis Koto Baru, selaku pengelola jalur ini, membiarkan saja.

Setahu penulis, dari seluruh gunung di Sumbar, memang gunung Marapi-lah yang paling kacau balau pengelolaan oleh Pokdarwisnya.

Puluhan juta bahkan ratusan juta uang tiket masuk dan parkir dipungut dari para pendaki tiap tahunnya. Tapi nyaris tanpa imbal-balik apapun pada pendaki, kecuali saat pendaki kecelakaan, berupa personil bantuan menjemput.

Lihat saja. Jalur tidak dibersihkan rutin. Jembatan bambu alakadarnya dan membahayakan pendaki dibiarkan begitu bertahun-tahun. Camping ground dan sumber air dibiarkan kotor oleh sampah.

Juga tidak ada dana dari duit pendaki digunakan untuk bikin shelter baru. Shelter rusak (roboh) di pos 2 dibiarkan begitu saja sudah lebih setahun.

Pokdarwis mungkin anggap pembuatan shelter bukan urusannya, tapi urusan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat. Pertanyannya, dikemanakan duit ratusan juta per tahun yang dipungut dari para pendaki?

Pokdarwis di Marapi jangan malu belajar pada Pokdarwis Seroja Talang dan Tandikek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun