Berhubung sering naik gunung sendirian, tentu penulis butuh tenda ukuran kecil untuk satu orang dan bobotnya harus ringan. Pilihan kali ini jatuh pada Naturehike Taga 1.
Bobot kosong tenda ini memang cukup ringan. Cocok untuk pendaki gunung aliran ultralight. Tendanya saja cuma 1.063 gram. Saat ditimbang, bobot total dengan footprint, pasak dan kantong-kantongnya (kantong tenda, kantong frame dan pasak) hanya 1.250 gram.
Material dominan nilon 20D berkontribusi sangat berarti atas ringannya bobot tenda ini, selain desain dimana antara outer dan inner menyatu terjahit, dan frame dari aluminium alloy 7001 aviation.
Terus terang alasan bobot ringan itulah sebagi faktor utama mengapa penulis membeli tenda ini langsung ke distributornya di Mojokerto. Sudah terlalu lelah naik turun gunung dengan tenda berbobot lebih dari 2.000 gram dan kadang 4.000 gram.
Review dari pemakai tenda ini di negara empat musim juga mengatakan adanya kondensasi demikian. Akan tetapi hanya kondensasi ringan.
Mengutip Wikipedia, Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Di Indonesia yang lembab pengembunan lebih mudah terjadi dibandingkan di daerah empat musim.
Kondensasi di dalam tenda diakibatkan oleh udara luar yang mengandung uap air masuk dan terperangkap di dalam dan ditambah oleh lengas (pernafasan dan uap tubuh) penghuni tenda yang mengandung uap air.
Pemakaian perdana tenda ini di gunung Talang, Solok, Sumatera Barat, 26-27 Januari 2019. Suhu malam hari (26/1/2019) berkisar 18-16 derajat Celcius. Saat terbangun pada Subuh, 27 Januari 2019, kondensasi bagian dalam cukup parah tapi tidak sampai menitik kecuali diusap dengan tangan.
Malam kedua, tenda ini terpasang di Shelter 3 Kerinci. Suhu malam hari berkisar 12-9 derajat Celcius. Belum sampai tengah malam kondensasi di langit-langit tenda sudah cukup parah, kesenggol sedikit sudah berjatuhan membasahi matras tiup dan kantong tidur.