Berbeda dengan zona kematian Blank 75 di gunung Semeru yang terkesan mengerikan karena berupa jurang yang dalam, zona kematian di trek menuju puncak gunung Singgalang nampak biasa saja, sama sekali tidak seram, jalurnya sangat jelas dan bersih, serta areanya relatif terbuka dan indah.Â
Walau demikian telah beberapa orang hilang lenyap tak tahu rimbanya di zona kematian gunung Singgalang tersebut. Korban lesap begitu saja, tak ditemukan jasadnya hingga saat ini. Benar-benar membuat penasaran!
Zona mematikan di gunung Singgalang berada di antara area tempat kemping di Cadas menuju Telaga Dewi, di ketinggian sekitar 2700-2820 mdpl. Di sini lebih separuh treknya terbuka, hanya ada pohon-pohon kecil. Setelah mendekati Telaga Dewi barulah ada pohon-pohon yang cukup tinggi. Tidak ada jurang atau area yang dipandang membahayakan.
Setelah waktu berlalu cukup lama, namun Iwan dan Yahya belum juga kembali, kawan-kawannya mulai curiga. Akhirnya, beberapa temannya menyusul mencari ke arah Telaga Dewi. Namun Iwan dan Yahya tidak ditemukan!
Menyadari Iwan dan Yahya hilang, teman-temannya turun mengabarkan pada masyarakat sekitar gunung Singgalang dan orang tuanya. Kebetulan salah satu korban yang hilang tersebut adalah putera Kapolda Sumatera Barat waktu itu.
Pencarian besar-besaran pun dilakukan. Waktu itu pencarian melibatkan ribuan masyarakat Sumatera Barat, bahkan hingga Riau dan Jambi. Dilakukan selama berhari-hari. Titik tempat kedua survivor dinyatakan hilang disisir dengan rapi. Sekeliling gunung Singgalang mulai dari kaki hingga puncaknya disisir oleh ribuan orang. Namun survivor tetap tidak ditemukan.
Spekulasi survivor dimangsa harimau juga relatif sangat kecil peluangnya. Karena harimau biasanya tidak suka lagi berada di ketinggian lebih dari 2500 mdpl.
Kemungkinan survivor masuk ke dalam lobang yang tertutup lumut tebal lebih masuk akal bagi saya. Karena di trek mendekati Telaga Dewi ada hutan lumut yang lebat, sangat mungkin survivor masuk ke lobang dalam di hutan lumut ini.