Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Penting Melibatkan JK dalam Penentuan Cawapres Jokowi?

26 Februari 2018   20:31 Diperbarui: 27 Februari 2018   01:24 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan JK (Tribunnews/Dany Permana)

Peran Wapres Jusuk Kalla (JK) terkesan sangat penting dalam penentuan siapa yang layak menjadi cawapres Jokowi mendatang. Sampai-sampai Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto secara khusus menyatakan partainya akan melibatkan JK dalam penentuan siapa cawapres Jokowi.

Bila boleh menebak, selain pertimbangan penghormatan untuk menjaga hubungan baik, juga pertimbangan praktis-pragmatis. Sejauh ini, hanya JK politisi senior yang paling jitu dalam menebak siapa yang akan menang dalam kontestasi politik penting di negeri ini, lebih jitu dibandingkan SBY, bahkan lebih jitu dibandingkan Megawati sendiri.

Tak pernah meleset, JK teruji mampu memprediksi dengan tepat calon yang dijagokannya, sekalipun si kandidat tak diunggulkan. Sebenarnya, JK juga tersirat mampu menebak dengan jitu bahwa dirinya akan kalah melawan SBY dalam Pilpres 2009 lalu. 

Hanya JK yang mampu melihat potensi Jokowi dan Ahok dalam Pilkada Jakarta 2012 lalu. Dialah yang melobi Megawati dan Prabowo untuk mencalonkan pasangan Jokowi-Ahok, pada saat Megawati masih ragu, dan pada saat survei-survei masih unggulkan petahana Fauzi Bowo. JK kemudian terbukti benar.

JK jugalah yang melobi Prabowo untuk mengusung Anies Baswedan sebagai cagub dalam Pilkada Jakarta 2017 lalu, pada saat Anies tidak diunggulkan. JK dengan tepat membaca situasi politik terkini dan ke mana arah pendulum akan mengayun. Lagi-lagi, intuisi JK terbukti benar.

Banyak lagi prediksi JK yang terbukti benar, termasuk saat dirinya maju sebagai cawapres mendampingi SBY tahun 2004 lalu, saat dirinya maju sebagai Ketum Golkar 2004, dan saat dirinya maju mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2014 lalu.

Hari ini JK menyatakan secara terbuka dua kriteria cawapres ideal Jokowi: pertama, bisa menambah elektabilitas Jokowi dan, kedua, tokoh yang berpengalaman di pemerintahan. Tentang siapa nama yang memenuhi dua kriteria ini tidak disebutkannya, mungkin disebutkan pada Megawati dan Jokowi.

Jelaslah, ada bahaya tersendiri bila "mpu" politik sekelas JK menyeberang ke kubu sebelah. Karena itu, kubu Jokowi sangat berkepentingan tetap berkoalisi dengan JK. Dimana sebelum Sekjen PDIP meminta pelibatan JK, Mendagri sekaligus eks Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo sudah terlebih dahulu meminta JK menjadi ketua tim sukses Jokowi.

Dengan mempertahankan JK dalam barisan koalisi, kubu Jokowi dapat amunisi kekuatan besar dan berpengaruh, penasehat politik jempolan, dan keunggulan citra politik yang bagus sekali, bahwa setelah tidak berpasangan tapi tetap terjaga hubungan baik.(*)

SUTOMO PAGUCI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun