Bertahun-tahun penulis mendaki gunung Talang di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat, Pulau Sumatera, umumnya diwarnai perjumpaan dengan hujan. Entah mengapa daerah ini hampir selalu hujan sepanjang tahun. Hal biasa hujan berhari-hari di saat seharusnya musim kemarau.
Bulan Oktober 2017 ini Sumatera Barat dan Indonesia umumnya sudah mulai masuk musim hujan. Namun kenyataannya minggu ke-2 bulan Oktober 2017 Sumatera Barat malah baru masuk musim kemarau. Anomali cuaca yang aneh. Sebelumnya, daerah ini selalu hujan hingga banjir di mana-mana.
Nah, karena sudah masuk musim kemarau, maka saatnya penulis menjajal trek gunung Talang, seberapa kering, dan bagaimana pula sensasi keindahan alam di gunung Talang di musim kemarau, sekalian bermaksud membakari sampah di sekitar Cadas. Kebetulan penulis ada waktu luang hari Jumat-Minggu (20-22/10/2017).
Benar saja. Trek gunung Talang di musim kemarau sangat berbeda. Jalur nampak kering cenderung berdebu. Jadi pangling, biasanya berjalan saat musim hujan sangat lambat, sekarang bisa berjalan dengan cepat.
Keasyikan mendaki gunung Talang, selain keindahan pemandangannya, juga bisa mencari buah markisa dan murbei hutan di sepanjang jalan. Buah petik di batang yang sangat segar. Lumayan buat stok penyegar tubuh selama pendakian.
Dua tahun terakhir, penulis sudah jarang ngekem di Cadas ini. Di akhir minggu suasana Cadas Talang hampir selalu ramai dan hiruk-pikuk. Para pendaki alay, yang tak tahu adab di gunung, ribut nyanyi-nyanyi, teriak-teriak, dsb, dari magrib hingga subuh buta. Sulit beristirahat malam. Padahal, tidur malam sangat penting untuk hasilkan tenaga serta ketahanan tubuh menghadapi serangan hawa dingin.