Di banyak gunung di Indonesia sering ditemui burung jalak (Inggris: starling) dari famili Sturnidae dengan berbagai variannya, ada jalak Sumatera yang berwarna hitam, jalak Bali berwarna putih, dan jalak kebo warna hitam di Jawa. Tak heran banyak pendaki akrab dengan burung jalak di sepanjang trek perjalanan pendakian gunung.
Di sekalangan pendaki ada kepercayaan bahwa burung jalak sebagai burung misterius yang membantu pendaki sebagai penunjuk jalan. Sebagian ada yang mengaku waktu tersesat dituntun burung jalak hingga ke jalur yang benar.
Penulis sendiri acap menemui jalak Sumatera di gunung-gunung di Sumatera seperti Singgalang, Marapi, Tandikat, Talang, Talamau, Dempo, Masurai, dan Kerinci. Burung jalak ini sering nampak berpasangan jantan dan betina yang merupakan bagian dari kelompok yang berjumlah beberapa ekor.
Ciri khas jalak Sumatera berukuran diamater sedang, sekitar 20-25 cm, berwarna dominan hitam dengan aksen biru dan putih, hidup di hutan-hutan dataran rendah hingga gunung.
Penulis sendiri mengalami diikuti oleh burung jalak ini waktu mendaki di gunung Talamau, 16-18 April 216 lalu. Mulai nampak mengikuti sejak di pos Sarasah hingga pos Peninjauan. Ada nampak dua pasang (empat ekor) yang mengikuti sepanjang jalan.
Sesampai di pos Peninjauan, kami pun mendirikan tenda dan ngekem di sini untuk muncak keesokan harinya. Di sini, burung jalak tersebut tetap setia mengikuti. Terbang ke sana ke mari di sekitar tenda. Penulis terus mengamati pergerakan burung-burung tersebut. Cukup jinak, sehingga dengan mudah penulis mendapatkan banyak fotonya.
Seekor diantaranya nampak sangat jinak, hampir-hampir bisa dielus dengan tangan, suka berjalan ke sana ke mari di sekitar tenda, termasuk nangkring di atas batu persis di depan tenda penulis. Seolah-olah jalak itu menjadi prajurit penjaga tenda pendaki.