Dengan status gunung berapi berketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut, gunung Kerinci menjadi gunung berapi tertinggi di Indonesia dan Asia Tenggara. Secara keseluruhan, indah dan tinggi menjulang. Tak heran gunung ini menjadi tujuan penting para pendaki dalam negeri maupun manca negara.
Sayangnya, gunung ini dari hari ke hari makin banyak sampah. Sampah menggunung di tiap titik tertentu, mulai pintu rimba, Pos 1, Pos 2, Pos 3, Shelter 1, Shelter 2, Shelter 3 dan bahkan hingga di puncak tertingginya. Bukan itu saja, sepanjang perjalanan berceceran sampah seolah menjadi "rambu" penunjuk jalan.
Kebanyakan sampah yang ditemui didominasi sampah plastik, yang nota bene sangat ringan untuk dibawah turun kembali, jauh lebih ringan dibandingkan waktu masih berisi saat dibawa naik. Sisanya ada kertas, kain bekas, kaleng, botol, kaca beling dan styrofoam mie gelas, dll.
Penulis memperkirakan jumlah keseluruhan sampah di gunung Kerinci mendekati angka 500 kg s/d 1 ton. Ini meliputi semua sampah di jalan, tepi-tepi jalan pada semak-semak, tiap pos (pos 1 s/d 3), tiap shelter (shelter 1 s/d 3) hingga puncak.
Akan tetapi, tanpa edukasi dan advokasi berkelanjutan pada para pendaki, maka sampah akan kembali bertebaran seperti semula. Edukasi menjadi sangat penting. Sangat baik bila petugas pos pendaftaran untuk tidak bosan mengingatkan pada tiap pendaki untuk membawa kantong plastik tempat sampah untuk dibawa turun. Tidak hanya pada ketua rombongan, tetapi diingatkan pada satu per satu pendaki.
Sepengamatan penulis, jadi bukan sebuah generalisasi, yang suka membuang sampah sembarangan adalah pendaki dari penduduk lokal yang sesekali mendaki dan para pendaki remaja tanggung. Pendaki senior atau pendaki serius dari luar daerah justru sudah paham cara memperlakukan sampah di gunung.