Padang - Beberapa pendaki cenderung memberikan jawaban abstrak-filosofis saat ditanya, apa tujuannya mendaki gunung? Buat apa capek-capek mendaki gunung? Beberapa yang lain, sekalipun sudah sering mendaki gunung, terdiam atau tidak tahu harus menjawab apa. Ha-ha-ha.
Diantara jawaban itu: untuk mengenal diri sendiri; agar mengenal alam dan hakikat Tuhan; agar mencintai Indonesia; menjadi pribadi yang ramah dan mampu berkerjasama; belajar fokus; dan jawaban-jawaban abstrak lainnya.
Beberapa pendaki lain memiliki tujuan yang lebih kongkrit, misalnya: ahli botani yang sedang melakukan penelitian keanekaragaman hayati di sebuah gunung; ahli vulkanologi yang melakukan penelitian dampak erupsi gunung berapi; dll.
Karena alasan itu, saya menjadikan pendakian gunung sebagai kegiatan rutin. Ada atau tidak ada teman, tetap mendaki gunung. Kebetulan di tempat saya tinggal banyak sekali gunung baik gunung berapi maupun gunung non-berapi.
Jadi kalau ditanya apa alasan mendaki gunung (dalam obrolan antar pendaki pertanyaan begini sangat sering terjadi), maka saya akan menjawab cepat: olahraga dan rekreasi. Itulah kenyataannya. Mungkin kalau dipersentasekan: 60% olah raga dan 40% rekreasi.
Karena aktivitas olah raga di gunung dengan kadar oksigen yang rendah, paru-paru jadi sehat dan kuat. Setelah rutin mendaki gunung, lari pagi 10 km atau jalan pagi 20 km di dataran rendah tidak begitu terasa capek. Jalan kaki saat aktivitas harian juga gegas dan gesit.(*)
SUTOMO PAGUCI