Ini kisah pendakian solo 2 hari 1 malam ke Gunung Kerinci 3.805 mdpl di penghujung tahun 2015, 28-29 Desember 2015.
Tepat pukul 8.30 Wib, 30 Desember 2015, saya meninggalkan Homestay Paiman di Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi, pulang menuju Padang. Baru juga sampai di Desa Pelompek, saya sudah kangen pada Gunung Kerinci.
***
Trek pendakian Gunung Kerinci sangatlah berat. Dalam nafas yang ngos-ngosan dan tenaga yang nyaris habis, antara Shelter 2 menuju Shelter 3, saya sempat bertekad cukup sekali ini saja mendaki Gunung Kerinci. Haha
Waktu itu pukul 2.30 Wib, tanggal 29 Desember 2015, hujan turun tidak terlalu lebat. Malam diterangi bulan sabit. Sendirian dalam malam yang sunyi, meninggalkan tenda di Shelter 2 di ketinggian 3.056 mdpl menuju Shelter 3 di ketinggian 3.310 mdpl, untuk tujuan summit attack puncak Indrapura di ketinggian 3.805 mdpl.
Trek dari Shelter 2 menuju Shelter 3 menanjak sangat terjal berbentuk gorong-gorong dengan tetumbuhan sub-alpin menutupi sekitar 2/3 trek ini. Berjalan kadang harus berjongkok supaya tas keril tidak nyangkut, kadang harus bergantungan seperti monyet, kadang harus melompat, kadang harus melipir di tubiran jalan yang sangat licin, sambil berpegangan pada batang kayu yang dingin sedingin es. Benar-benar menguras tenaga.
Tas keril Osprey Atmos AG 65 liter saya berdecit-decit di kesunyian malam. Isi tas ini hanya air, sepatu gunung cadangan, sendal gunung, P3K dan cemilan. Sengaja keril saya bawa hingga ke puncak karena khawatir hilang, sudah beberapa kejadian barang pendaki dicuri orang.
Sekitar pukul 4.00 Wib saya sampai di Shelter 3. Hujan masih mengguyur. Beberapa pendaki nampak sudah beraktifitas di tenda masing-masing untuk siap-siap muncak. Saya berhenti sejenak mengambil nafas. Nun di bawah sana nampak kerlap-kerlip lampu rumah penduduk di sekitar Gunung Kerinci. Sangat indah.
Saya putuskan istirahat sejenak di tenda Samuel Surbakti, pendaki asal Medan, kenalan sesama pendaki solo kali ini. Atas kebaikan Samuel, saya ditawari istirahat di tendanya. Di dalam tenda saya terkapar sejenak. Dari tenda sebelah lapat-lapat terdengar suara ngorok orang tidur. Dalam hati saya iri juga; bisa-bisanya tidur senyenyak itu dalam suasana dingin begini.
Saya malah tidak bisa tidur saat di Shelter 2. Mana kepala pusing lagi, gejala penyakit gunung, karena terlalu cepat mencapai ketinggian 3.000-an mdpl, tanpa aklimatisasi yang cukup.
Baru pukul 5.30 Wib saya start meninggalkan Shelter 3 menuju puncak Indrapura. Setelah menikmati segelas Energen Jahe, saya bersama rombongan pendaki dari Tangerang yang murah hati, merayap pelan menyusur trek menanjak dari Shelter 3 menuju titik bernama Tugu Yuda, sebelum sampai ke puncak.