Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS Salah Pilih Presiden Partai

3 Januari 2014   17:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:11 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis menilai Partai Keadilan Sejahtera (PKS) salah memilih presiden partai. Ditunjuknya Anis Matta sebagai Presiden PKS, pasca pengunduran diri Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) karena tersangkut perkara korupsi, dipandang sebagai kecelakaan sejarah partai dakwah ini. Kecelakaan politik yang malah membuat partai para ikhwan ini kian terpuruk.

Anis Matta, sebagaimana juga Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi Aminuddin, telah kehilangan atau sama sekali tak punya perspektif yang benar tentang arah partai pasca presidennya didera kasus korupsi. Belum lagi poligami Anis Matta yang diyakini bikin eneg publik.

Alih-alih introspeksi dan perbaiki internal secara serius, ini malah menargetnya jadi pemenang pemilu (masuk tiga besar). Partai lagi amburadul didera kasus korupsi malah mencanangkan sebagai pemenang. Sebuah logika sederhana betapa partai ini telah kehilangan perspektif.

Idealnya, ketika partai mengalami demoralisasi dari pucuk akibat kasus korupsi maka seharusnya yang utama adalah pembenahan internal secara bervisi dan serius. Selanjutnya, meminjam istilah kader PKS sendiri, Zulkieflimansyah, partai memfokuskan diri pada repositioning di benak publik. Bukan malah menarget jadi pemenang pemilu.

Nyatanya, pembenahan internal kurang terdengar gaungnya, setidaknya tak nampak ke luar. Buktinya, internal partai ini cenderung masih defensif terkait kasus yang melibatkan mantan presiden partainya, seolah LHI sama sekali tak bersalah. Pidato pertama Anis Matta selaku Presiden PKS yang baru justru menuding ada konspirasi dan terlihat menyalahkan KPK.

Kalau begitu siapa yang paling pas jadi Presiden PKS? Yang jelas bukan Gatot Swandito, apalagi Pakde Kartono, yang sudah tegas mengatakan tak suka dengan PKS ( :D ). Iya, Anda benar. Dialah Zulkieflimansyah seperti disebutkan di atas.

Membenahi partai yang sedang terpuruk paling pas dilakukan oleh tipikal pemimpin yang rasional dan membumi. Bukan tipe orator dan agitator seperti Anis Matta, yang idenya mengawang-awang. Haluan partai ini memang ditentukan Mejelis Syuro, akan tetapi peran Presiden partai sangat sentral dalam perumusan dan implementasinya.

Zulkieflimansyah disebut rasional dan membumi setidaknya dengan dua contoh saja. Pertama, ia berpandangan bahwa yang urgen dilakukan PKS pasca kasus LHI bukan memenangkan pemilu, melainkan melakukan repositioning di benak publik. Pasalnya, PKS sedang babak belur di mata publik.

Kedua, Zulkieflimansyah menilai PKS lebih baik mendukung Jokowi sebagai kandidat Capres di 2014 mendatang, bukan mencalonkan presiden sendiri. Karena tak logis PKS mencalonkan presiden sendiri di tengah keterpurukan partai. Survei-survei terkini menempatkan PKS sebagai bukan lagi partai papan tengah melainkan partai gurem.

Sebagaimana diketahui, bukan perkara mudah partai mencalonkan presiden sendiri dari internal. Butuh syarat 25% perolehan suara sah nasional pileg atau 20% kursi DPR. Dus, gagah-gagahan pasang target tiga besar dan Pemira, PKS dinilai telah kehilangan perspektif yang rasional sebagai layaknya partai orang-orang terpelajar.

(Sutomo Paguci)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun