Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Matinya Bus Kota di Padang

19 September 2013   22:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:39 1446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_289531" align="aligncenter" width="578" caption="Ilustrasi/ Admin (Kompas.com)"][/caption] Di Kota Padang saat ini tinggal tersisa angkot kecil-kecil dan taksi. Ada bus kota, itupun tinggal tersisa satu-satu, yakni trayek Pasar Raya-Khatib Sulaiman-Lubuk Buaya. Bus kota trayek Pasar Raya-Indarung sudah lama mati, hampir delapan tahun terakhir. Bus kota tak kuat bersaing melawan angkot. Kalah cepat dan kalah ekonomis. Tingginya biaya bahan bakar, suku cadang, dan ban membuat pengusaha bus kota memilih mengandangkan bus-busnya. Maka, kota ini sekarang menjelma menjadi kota motor dan mobil di jalan-jalannya. Orang-orang berlomba beli motor. Motor mendominasi jalan di mana-mana. Pada jam-jam kantor yang sibuk akan terlihat motor memenuhi jalan seperti barisan semut. Selebihnya mobil pribadi dan angkot. Tak ada pilihan lagi dari warga kota dengan ekonomi menengah ke bawah kecuali beli motor dan mobil murah seperti Avanza-Xenia, Grand Max, dan mobil bekas. Moda kendaraan pribadi inilah yang diharapkan mengantar ke tujuan. Selebihnya naik angkot. Angkutan umum sebenarnya tak terlalu bisa diharapkan. Terutama pada jam-jam sibuk. Anak-anak sekolah di pagi hari biasa menunggu berjam-jam untuk mendapatkan angkot. Angkot yang ada pun jauh dari nyaman. Kebanyakan dijalankan dengan ugal-ugalan dan ngebut sejadi-jadinya. Penumpang juga harus siap kupingnya mendenging saking keras bunyi musik di dalam angkot. Angkot Padang memang terkenal dengan kreatifitas modifikasi audio dari yang standar sampai yang aneh-aneh. Jadilah angkot, mobil pribadi, dan motor membuat jalan-jalan utama macet pada jam-jam sibuk. Bahkan, Jalan By Pass Padang pun dibikin macet. Lewatlah antara jam 07.00 - 08.00 Wib di Jalan By Pass dijamin padat merayap sampai macet. Padahal, 16 tahun lalu saat penulis pertama menginjakkan kaki di kota ini, susana jalan-jalan masih nampak lengang. Belum begitu banyak mobil pribadi dan sepeda motor. Lebih banyak angkot dan bus kota. Bus kotanya bagus-bagus dan banyak. Ada bus trayek Pasar Raya-Khatib Sulaiman-Lubuk Buaya; trayek Pasar Raya-Kampus Unand; dan ada pula bus trayek Pasar Raya-Indarung. Sekarang riwayat bus kota sudah tamat. Mati. Baru belakangan terdengar khabar pemerintah akan membangun dan mengadakan bus di dua koridor kota ini. Namun baru tahap perencanaan. (SP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun