Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Siapa yang Pertama Tinggalkan Facebook?

10 November 2013   22:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:20 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya (Sutomo Paguci) sebenarnya belum lama bergabung di Facebook. Tepatnya tanggal 22 Mei 2009. Sejak saat itu saya rajin amati perilaku Facebooker teman-teman saya. Kebanyakan teman-teman sekolah, kuliah, profesi dan teman dunia maya. Siapa yang paling konsisten Facebookan dan siapa yang paling cepat tinggalkan Facebook?

Ternyata, yang paling konsisten Facebookan adalah teman-teman yang kesehariannya memiliki tipikal ini: gemar menulis, senang aktualisasi diri, dan cukup narsis. Orang-orang beginilah yang paling rajin tulis status dan tayangkan foto. Dari sinilah bisa dijelaskan mengapa para Kompasianer adalah sekaligus Facebooker yang paling konsisten.

Sebaliknya, Facebooker yang paling cepat meninggalkan Facebook adalah orang yang tipikalnya kebalikan dari tipikal pertama: Facebookan karena sekedar ikut-ikutan, sekedar mencari kawan lama untuk bernostalgia, atau motif lain yang sifatnya ad hoc.

Tipikal terakhir ini pada awalnya mungkin sekali mencandu Facebookan. Terasa asyik sekali kembali terhubung dengan kawan-kawan lama, yang sebagian entah di mana, lalu bisa bercakap-cakap dan saling bertukar cerita. Awal-awalnya bikin mencandu. Lama-lama akan bosan. Lalu pergi tanpa pesan. Pergi begitu saja, tak pernah lagi tulis status, tak lagi tayangkan foto, atau sekedar tautkan link berita.

Si Anu bin Fulan, mantan teman kuliah dulu, termasuk orang yang mencandu pada awal bergabung di Facebook. Ia mengaku sangat rutin pelototi timeline Facebook di sela-sela aktifitas sebagai penegak hukum. Lama-lama ia merasa tak bisa lagi mengontrol diri. Tanpa ba-bi-bu akun Facebooknya langsung ditutup dalam usia yang belum genap setahun.

Kecanduan si Anu bin Fulan bukan karena kegemaran menulis atau menuangkan ide instan yang menarik dalam kolom status, melainkan karena asyik chatting inboxkan, sesekali tulis status, dan komentari status teman-temannya. Begitu saja. Menggairahkan bisa bercakap dengan kawan lama.

Sebagian Facebooker tipikal pertama masih ada yang nampak sesekali terlihat ngejempol status teman-temannya, namun semakin jarang perbarui status. Lama-lama hanya sekedar pengunjung dan pembaca status teman-teman saja. Semakin lebih lama lagi akhirnya benar-benar menghilang dari peredaran.

Saat ini, 90% teman-teman lama saat SMA, kuliah dan profesi (advokat) tipikal kedua di atas, sudah nonaktif di Facebook. Ada yang bahkan telah nonaktif hampir dua tahun terakhir. Yang tetap bertahan adalah Facebooker tipikal kedua dan itu mayoritas (90%) adalah teman-teman Kompasianer!

(Sutomo Paguci)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun