Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pahlawan Bergitar

9 November 2012   05:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:43 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13524380741299825792

[caption id="attachment_208301" align="aligncenter" width="300" caption="Iwan Fals. Foto Iwan Fals Management, sumber:id.88db.com"][/caption] Bukan suatu kebetulan jika seorang sejarahwan dan peneliti di LIPI, Asvi Warman Adam, pernah menulis di Kompas perihal pertanyaan menarik. Mengapa pahlawan di Indonesia didominasi tentara sebagaimana terlihat di taman-taman makam pahlawan, selebihnya politisi, dan sedikit sekali kalangan seniman, apalagi pengusaha. Secara etimologi kata pahlawan berasal dari bahasa Sanksekerta "phala", yang bermakna hasil atau buah. Sehingga Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan pahlawan sebagai, orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanan dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Sementara definisi Pahlawan Nasional menurut UU No 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan hanya dibatasi warga negara atau seseorang yang melawan penjajah atau semasa hidupnya menghasilkan prestasi dan karya luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara. Dengan demikian, artinya, pahlawan harusnya bisa muncul dari profesi atau kalangan mana saja: tentara, guru, dokter, hakim, jaksa, polisi, petani, pengusaha, advokat, notaris, diplomat, jurnalis, seniman, aktivis lingkungan, aktivis antikorupsi, aktivis antinarkoba, aktivis buruh, aktivis buruh migran, dsb. Tidak terkesan monopoli kalangan tentara. Jika konteks pembangunan dan kemajuan bangsa juga dimaknai dampak dari inspirasi perubahan akibat karya seni, seperti dihasilkan oleh seniman Iwan Fals, misalnya, maka pahlawan akan bergaung lebih menghentak. Majalah Time saja menobatkan Iwan Fals sebagai "Asian Heroes". Inilah pahlawan model baru, tidak hanya didominasi yang pegang senjata api, tetapi juga yang pegang gitar. Pahlawan bergitar.(SP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun