Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kemenangan Jokowi-Ahok, Kemenangan Pluralitas

22 September 2012   02:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:01 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_200316" align="aligncenter" width="455" caption="Jokowi-Ahok. Foto: Raka Denny/Jawa Pos"][/caption] Harus diakui pasangan Joko Widodo - Basuki Tjahaja Purnama adalah satu-satunya kandidat gubernur - wakil gubernur Jakarta 2012-2017 yang paling 'berwarna' dari segi pluralitas. Dengan demikian paling bervisi kebangsaan dan kebhinnekaan. Dan terbukti mayoritas warga Jakarta menyukai pasangan yang mewakili kebhinnekaan. Jokowi seorang Jawa, Islam, cukup muda, dan PDI Perjuangan. Ahok seorang Tionghoa, Belitung (luar jawa), Kristen, muda, dan diusung Partai Gerindra. Perpaduan warna-warni ini nampak indah seperti bunga-bunga di taman. Berbanding terbalik dengan saingannya yang cenderung monoton dari segi pluralitas. Karenanya, kemenganan Jokowi-Ahok dapat pula dimaknai sebagai kemenangan pluralitas di Jakarta dan harapannya menular ke daerah-daerah lain di Indonesia. Inilah gambaran sesungguhnya dari Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila. Kemenangan Jokowi-Ahok pada sisi lain bermakna kekalahan politik aliran terutama Islam Politik yang direpresentasikan oleh barisan partai-partai Islam pendukung Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli---PKS, PPP, PKB, dan PBB---dan para tokoh Islam---KH Amidhan, KH Ma'ruf Amin, Umar Shihab, Fahmi Albuqorih, Rhoma Irama, dll. Politik aliran adalah antitesis dari politik kebhinnekaan dan pluralitas. Politik aliran dalam sudut pandang sosiologis-ketatanegaraan merupakan wujud nyata dari pengingkaran kenyataan di tengah masyarakat. Bahwa negara Indonesia dibangun dari berbagai unsur suku, agama, ras dan antar golongan yang berwarna-warni. Upaya untuk memonopoli pengelolaan negara oleh satu golongan saja dipastikan akan gagal dalam skala luas dan jangka panjang.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun