Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Keasyikan Komentar, Lupa Nulis

12 Agustus 2012   01:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:54 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Beberapa hari terakhir aku mencoba lebih intens lagi memberikan komentar di berbagai lapak kompasianer, baik yang sudah jadi teman maupun yang belum. Setidaknya ada dua maksud. Pertama, untuk mulai mengenal pemikiran pihak lain baik yang pro maupun yang kontra dengan pendapat sendiri terhadap suatu isu. Kedua, untuk latihan intelektual--bertanya, membangun pendapat dengan singkat, mempertahankannya, dan menumbuhkan keberanian mengoreksi jika pendapat itu kemudian diketahui keliru.

Ternyata, memang asyik. Berkomentar di sana-sini tak terasa sudah mamakan waktu jam-jaman. Tahu-tahu waktu sudah keburu malam dan harus segera tidur. Tahu-tahu waktu sudah mepet dan harus pergi menunaikan janji bertemu kawan atau klien. Jadinya, kebiasaan menulis rutin tanpa terasa otomatis terkurangi porsinya.

Asyiknya berkomentar, juga, karena sifatnya interaktif--langsung, cepat, singkat dan kadang melibatkan energi bertahan atau menyerang. Jika topik yang diperdebatkan sedang hot-hotnya, tak jarang standby klik Dashboar untuk mengetahui tautan komentar terdahulu, apa sudah ditanggapi atau belum. Ini yang berbeda rasanya saat menulis artikel utuh.

Saat aku menulis artikel utuh sifat pikiran fokus satu arah, perasaan agak dingin, dan seolah sedang bercakap-cakap dengan diri sendiri. Berbeda halnya denga menulis komentar. Justru bercapak-cakap langsung dua-arah dengan pihak lain. Dialog dan perdebatan kadang begitu menggebu, hangat, dan kadang pedas. Ini yang sekali lagi memompa adrenalin. Bikin semangat.

Dengan demikian jadi tahu, oh, begini ya rasanya intens beri komentar. Pantas saja beberapa teman justru lebih merasa nyaman memberi komentar di lapak orang lain dibandingkan menulis di lapak sendiri. Bahkan, ada yang memposisikan diri spesialis penulis komentar, seperti halnya Bung Har--sudah kutulis di sini kupasannya (HL tanggal 23 Juli 2012).

Hmm, boleh juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun