Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ada yang 'Terluka' Karena Rohingya

1 Agustus 2012   00:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:23 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1343490556129845963

[caption id="attachment_190273" align="aligncenter" width="614" caption="Derita pengungsi pelintas batas etnis Rohingya, Bangladesh, 13 Juli 2012. Foto: AFP, mizzima.com"][/caption] PADANG -- Sudah tiga artikelku menggunakan ilustrasi foto di atas. Sering kulangi menatap wajah sendu mereka. Sorot mata kelelahan. Kulit kecoklatan yang berdaki. Dan air muka penuh penderitaan. Aku membayangkan ketiga anakku. Apa salah anak-anak itu? Apa salah para bocah terlahir dari bapak dan ibu beretnis Rohingya dan kebetulan beragama Islam? Kita semua mungkin sepakat bahwa tidak ada anak yang bisa memilih di mana dan siapa yang akan melahirkannya. Lantas mengapa wajah kecil itu harus menanggung beban dan derita? Ratusan atau mungkin ribuan anak-anak Rohingya hidup terlunta jadi yatim piatu karena bapak-ibunya dibantai dalam kerusuhan rasial di Provinsi Rakhine, Myanmar, bahkan sejak sebelum kemerdekaan Myanmar dari Inggris pada tahun 1948. Beberapa dari anak-anak itu ikut bibinya, ikut pamannya, ikut neneknya, atau ikut tetangganya. Kaki-kaki kecil itu menyeberang ke negara asal nenek moyangnya, Bangladesh. Sesampai di Bangladesh bukannya disambut, bocah tak berdosa tersebut malah diusir kembali. Lalu, kaki-kaki kecil kembali menyeret langkah, melanjutkan perjalanan menyusuri sungai, melintasi batas negara, dan berlayar berminggu-minggu atau berbulan-bulan dengan perahu kayu ke negara lain. Menjadi pengungsi pelintas batas. Sebagian diantaranya tewas menggenaskan karena kelaparan dan tenggelam di laut lepas. Apa salah anak-anak terlahir dari etnis Rohingya? Hiks.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun