Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Drama Penyelamatan Keluarga Cui

25 Juli 2012   05:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:39 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PADANG -- Bencana besar berupa galodo (banjir bandang) yang melanda Kota Padang, Selasa (24/7) malam, menyisahkan banyak drama. Salah satunya dialami keluarga Cui yang berjumlah 6 orang. Keluarga Cui baru saja selesai berbuka, istri Cui sedang di dapur, ketika tiba-tiba bunyi gemeruduk terdengar dari arah hulu. Belum sempat menyadari apa yang terjadi, tahu-tahu rumahnya sudah kena hantam. Rumah berdinding kayu beratap seng itu langsung miring seketika. Keluarga ini segera berhampuran keluar, lari tunggang langgang menyelamatkan diri ke sebuah pondok lain di tengah sawah. Sial. Bukannya lari ke tempat yang lebih tinggi, keluarga Cui malah lari ke tempat rendah dekat tepi sungai. Tak ayal mereka harus naik ke cela-celah kasau pondok di tengah sawah. Sementara pondok ini sudah mulai miring dan sebentar lagi hanyut. Mereka saling berteriak histeris. Saya dan beberapa teman berlari mencari jalan untuk menyelamatkan keluarga ini. Tahu-tahu salah jalan dan malah terkepung banjir. Akhirnya kami yang lari tunggang langgang ke tempat lain. Kami cari akal. Cari akalnya sampai setengah jam, sementara banjir makin tinggi. Disepakatilah dengan menggunakan tali. Sebagian warga segera membawa tali dan melemparkan tali itu ke pondok tempat keluarga Cui terkepung banjir. Dengan susah payah, ditengah deru banjir berwarna kuning kecoklatan, hujan lebat, listrik mati pula, dan kilat menyambar-nyambar, keluarga Cui berhasil meraih tali. Satu persatu mereka berhasil mencapai titik tepi yang kering dari banjir. Pertama yang diselamatkan adalah anak sulung Pak Cui, seorang gadis ayu, yang telah hilang kesadarannya sejak beberapa menit lalu. Setelah semua sampai di tepian yang aman, Pak Cui dan Bu Cui malah kalang kabut. Usut punya usut mereka merasa kehilangan satu anaknya, Della (7). Orang-orang yang menolong juga tercekat. Masalahnya, semua orang di pondok tengah sawah tadi sudah dievakuasi, tidak ada lagi yang tersisa. Aku pun pulang ke rumah sebentar untuk melihat keluarga apakah masih aman-aman. Eh, tahunya si Della cengengesan bersama anak sulungku di rumah kami. Ia lagi minum teh sambil menggigil kedingingan setelah bajunya diganti. Kata Della, ia berhasil menyelamatkan diri pertama dengan berlari ke arah tepian yang aman, tidak ikut bapak dan ibunya. Di bawah ini adalah foto tempat semula rumah keluarga Cui. Sekarang telah licin disapu galodo.

[caption id="attachment_189592" align="aligncenter" width="560" caption="Licin. Inilah eks tempat rumah keluarga Cui. Sekarang telah licin tak berbekas! Doc. Pribadi."][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun