Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sutomo Paguci Nyaris Tewas di Jalan Padang-Sawahlunto

18 Juli 2012   11:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:49 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PADANG -- Hari sudah pukul 11, Rabu (18/7), ketika aku meninggalkan rumah di Padang menuju Kota Sawahlunto via Solok. Sesampai di jalan menanjak Sitinjau Laut, Solok, iringan mobil macet parah sampai 10 km selama 1/2 jam karena jalan Padang-Solok buka-tutup selama pembetonan jalan sampai Desember 2012 mendatang.

Saat menunggu macet, kudengarkan lagu-lagu Enya yang syahdu; disusul lagu-lagu lawas dari Mayumi Itsuwa; dan beberapa instrumentalia Vivaldi. Pikiran melayang ke kenangan masa lampau, 17 tahun lalu, saat bapak dan emak masih hidup di perkebunan kopi rakyat, Unit 6 Bengkulu Utara, Bengkulu. Siang-siang begini biasanya istirahat di dangau sembari mendengarkan lagu-lagu lawas di radio kecil merek "Cawang".

Ketika hari mendekat liburan panjang atau liburan puasa begini, bapak akan membersihkan semak di sepanjang jalan setapak menuju dangau di kebun. Semua dilakukan bapak demi senang anak-anaknya pulang liburan sekolah.

Petualangan ke masa lampau tiba-tiba terhenti sampai di sini. Pintu jalan dibuka untuk iringan kendaraan dari Padang menuju Solok. Gas segera dibejek dengan brutal, mobil melesat seperti kesetanan. Usut punya usut sebabnya mekanis sekali. Lambungku, yang sudah agak tipis dindingnya akibat sering terlambat makan selama 16 tahun waktu sekolah dulu, minta tumbal makanan.

Nah, akhirnya sampai juga di Kota Solok. Langsung saja menuju rumah makan langganan. Lidah yang telah terkecap rasa enak ternyata ogah dikasih menu yang rasanya biasa saja. Sekali dapat enak maunya keenakan terus. Enak tidak mesti mahal. Sambal cabe merah saja jadilah yang penting enak.

Waduh! Ternyata rumah makannya tutup. Wah, kok hari gini sudah tutup?! Bukankah puasa masih dua hari lagi, dan setahuku di Sumbar tidak ada FPI yang suka merazia tempat usaha seperti rumah makan di saat puasa? Ada apa ya...

Kendaraan kulajukan kembali. Harap-harap ada rumah makan lain yang buka. Satu, dua, tiga, empat dan seterusnya rumah makan tutup semua. Gawat! Perut tak biasa diisi roti siang-siang begini. Kulanjutkan lagi jalan. Benar, rumah makan sudah pada tutup. Apa orang-orang sudah pada pulang kampung atau pergi balimau? Asam lambung sudah bergejolak dan mata sudah mulai berkunang-kunang. Mobil terus kukebut.

Pas titik penghabisan daya tahan dinding lambung...ciiiiiiiiit!!! Maaf, bunyinya terlalu didramatisir, lebih pas kira-kira...depp! Mobil kurem mendadak. Rem ABS, EBD dan BA bereaksi cepat. Mobil langsung stop seketika. Uhuk, di kanan jalan ternyata ada yang jual soto, sebelum simpang Muaro Kalaban, Sawahlunto.

-----------------------------

- dangau: semacam rumah panggung atau pondok di perkebunan orang-orang Melayu Besemah.

- balimau: tradisi mandi "membersihkan diri" di sungai menjelang puasa pada sebagian orang Minangkabau, yang diduga kuat berasal dari umat Hindu. Sekarang, tradisi balimau acap dikecam tokoh agama, alasannya balimau jadi maksiat muda-mudi pacaran sambil mandi-mandi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun